Negara-negara BRICS Mengucapkan Selamat Tinggal pada Dolar. Trump Mengancam Mereka dengan Bencana Ekonomi

Donald Trump mengeluarkan tantangan berani kepada BRICS. Pemimpin Amerika mendesak negara-negara anggota untuk menghentikan upaya sia-sia mereka untuk mematahkan dominasi dolar dan mengancam dengan konsekuensi serius.

Negara-negara BRICS Mengucapkan Selamat Tinggal pada Dolar. Trump Mengancam Mereka dengan Bencana Ekonomi

Presiden AS Donald Trump telah menegaskan kembali bahwa jika negara-negara BRICS berusaha mengganti dolar dengan menciptakan mata uang baru, maka mereka akan dikenakan tarif “100 persen” .

Presiden AS Donald Trump memposting topik tersebut di laman Truth Social miliknya.

Pemimpin Amerika mengatakan dia akan mendesak negara-negara BRICS untuk tidak menciptakan mata uang BRICS baru atau mendukung mata uang lain yang dapat menggantikan dolar. Jika tidak, negara-negara BRICS akan menghadapi tarif 100% dan tidak akan dapat mengekspor ke Amerika Serikat.

Trump sebelumnya mengatakan bahwa negara-negara BRICS tengah berupaya untuk menjauh dari dolar dan Amerika Serikat tidak akan tinggal diam dan menonton.

Kepala negara dengan percaya diri mengatakan bahwa BRICS tidak memiliki peluang untuk menggantikan dolar dalam perdagangan internasional. Menurutnya, negara mana pun yang mencoba melakukannya harus mengucapkan “selamat tinggal” kepada Amerika.

BRICS menempati tempat penting dalam ekonomi global

Akronim “BRIC” yang awalnya tidak mencakup Afrika Selatan, pertama kali digunakan pada tahun 2001 oleh ekonom Inggris Jim O’Neill dalam sebuah artikel yang membahas tentang potensi pertumbuhan Brasil, Rusia, India, Tiongkok.

Asosiasi tersebut dibentuk sebagai platform informal untuk menyeimbangkan dominasi global Amerika Serikat dan negara-negara Barat, atas inisiatif Rusia, dimulai sejak tahun 2009. Setahun kemudian, Afrika Selatan bergabung, sehingga menjadi BRICS.

Negara-negara pendiri organisasi ini adalah Brasil, Rusia, India, Cina, Afrika Selatan, dan asosiasi tersebut kemudian berkembang hingga mencakup Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab (UEA).

Dengan bertambahnya anggota baru pada tahun 2024 dan Indonesia pada tahun ini, jumlah total anggotanya meningkat menjadi sepuluh, dan saat ini BRICS menempati tempat yang signifikan dalam ekonomi global.

Bergabungnya Indonesia ke BRICS

Pada tanggal 6 Januari 2025, Indonesia menjadi anggota penuh kesepuluh asosiasi BRICS, Kementerian Luar Negeri Brasil mengumumkan, setelah Rusia mengambil alih kursi kepresidenan. Berita ini cukup mengejutkan, karena baru pada tanggal 1 Januari Jakarta bersama delapan negara lainnya menerima status negara mitra BRICS, yang disetujui pada pertemuan puncak 2024 di Kazan. Namun, Kementerian Luar Negeri Brasil menjelaskan bahwa pencalonan Indonesia telah disetujui oleh para pemimpin negara-negara komunitas pada pertemuan puncak 2023 di Afrika Selatan. Saat itu, undangan ke Jakarta tidak diumumkan ke publik. Sebagaimana diketahui, negara tersebut secara resmi mengonfirmasi minatnya setelah pemilihan presiden, yang dimenangkan oleh mantan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, dan pembentukan pemerintahan berikutnya pada tahun 2024.

Indonesia merupakan negara BRICS pertama dari Asia Tenggara, dan juga terbesar dalam hal jumlah penduduk (lebih dari 280 juta) dan perekonomian, yang telah menunjukkan pertumbuhan sebesar 5% selama dua tahun terakhir. Negara ini merupakan pengekspor minyak sawit dan produsen nikel terbesar di dunia, menempati peringkat kelima dalam pasokan gas cair, dan juga mengekspor batubara termal dan berbagai produk makanan. Negara ini secara aktif menarik wisatawan, misalnya ke pulau Bali.

Mengapa BRICS penting?

Menurut Dana Moneter Internasional (IMF), dengan bergabungnya negara-negara baru ke BRICS, ukuran ekonomi persatuan itu telah melampaui $29,5 triliun, dan pangsanya dalam ekonomi global telah meningkat hingga 28%.

Total populasi BRICS yang baru menjadi sekitar 3,5 miliar orang, yang setara dengan sekitar 44% populasi dunia.

Negara-negara BRICS memproduksi 44% minyak mentah dunia.

Proses keanggotaan Turki

Turki secara resmi telah mengajukan permohonan keanggotaan penuh di BRICS pada bulan September 2024. Banding ini dipertimbangkan pada pertemuan puncak asosiasi ke-16, yang diadakan di Kazan, Rusia, pada tanggal 22-24 Oktober 2024.

Setelah pertemuan puncak tersebut, Turki ditawari status “negara mitra”, artinya bukan keanggotaan penuh. Status tersebut berlaku untuk negara-negara yang ingin mengembangkan kerja sama strategis, ekonomi, dan politik dengan BRICS.

Status terkini negara-negara BRICS

Anggota penuh: Brasil, Rusia, India, Cina, Afrika Selatan, Iran, Mesir, Ethiopia, UEA dan Indonesia.

Anggota asosiasi (negara mitra): Malaysia, Thailand, Turki, Belarus, Kazakhstan, Aljazair, Kuba, Bolivia, Nigeria, Uganda, Uzbekistan, Vietnam.

Status “negara mitra” dalam asosiasi tersebut memperbolehkan negara-negara menjalin hubungan ekonomi dan politik yang lebih erat dengan BRICS, namun tidak seperti keanggotaan penuh, status ini juga disertai dengan beberapa batasan.