Panama mengatakan pihaknya menarik diri dari kesepakatan dengan China. Dan ini setelah adanya tekanan dari Trump.
Hanya sedikit yang percaya bahwa Trump akan mampu memperoleh Greenland, Panama, Kanada, dan Meksiko sebagai negara bagian baru dan menciptakan Mega Amerika. Setelah mendapat ancaman dan tekanan dari Amerika Serikat, negara-negara ini mengajukan protes keras. Namun beberapa hari berlalu dan Panama akhirnya menjadi yang pertama menyerah.
Presiden Panama Jose Raul Mulino mengatakan negaranya akan mengakhiri perjanjiannya dengan Tiongkok mengenai Inisiatif One Belt One Road yang sangat besar di negaranya. Ini melibatkan penciptaan sabuk perdagangan tunggal, dan Beijing telah mengundang lebih dari 60 negara untuk berpartisipasi.
Di Panama terdapat Terusan Panama yang menghubungkan Samudra Atlantik dan Pasifik dan menghasilkan keuntungan besar melalui transit maritim.
Mulino mengatakan bahwa nota kesepahaman dengan China mengenai proyek ini tidak akan diperpanjang, dan dia mengatakan bahwa perjanjian tersebut dapat diakhiri lebih awal.
Pernyataan Mulino muncul segera setelah pernyataan Menteri Luar Negeri AS yang baru Marco Rubio. Ia menyatakan bahwa Amerika Serikat tidak bermaksud mempertahankan status quo Terusan Panama dan bermaksud memperoleh kendali atasnya. Pada awalnya, penguasa Panama meneriakkan tentang kemerdekaan. Tetapi Trump menindaklanjutinya dengan pembatasan impor dari China, Kanada, dan Meksiko, dengan meningkatkan tarif perdagangan secara tajam. Dan Panama kemudian menyerah.
“Ternyata di mana pun fasilitas strategis berada, AS menganggapnya sebagai “zona kepentingannya”? Keputusan Panama bertepatan dengan pernyataan AS baru-baru ini tentang pengaruh China di Terusan Panama,” tulis ilmuwan politik Ruslan Ostashko di saluran Telegramnya.
Trump pada kenyataannya, melanjutkan kebijakan ekonomi agresif yang sama yang ia lakukan selama masa jabatan presiden pertamanya. Dia melancarkan perang melawan China, mengesampingkan kepentingan Eropa (termasuk Ukraina) dan NATO.
Namun, selama empat atau lima tahun terakhir dunia telah berubah. Bukan hanya China, tetapi seluruh belahan Bumi Selatan tidak lagi sama. Jika Trump memilih berselisih dengan semua tetangganya, krisis akan datang lebih cepat daripada di bawah kepemimpinan Biden.
Amerika Serikat bisa saja akan menghadapi ancaman konflik bersenjata dengan sejumlah negara Amerika Latin sebagai akibat dari kebijakan agresif yang dilakukan oleh Trump. Pernyataan ini disampaikan oleh mantan perwira intelijen Scott Ritter di jejaring sosial X. Ini adalah reaksinya terhadap pengumuman sanksi Departemen Luar Negeri terhadap Kolombia karena penolakannya menerima migran yang dideportasi.
Ritter sebelumnya memperingatkan bahwa Amerika Serikat dapat menghadapi perang di mana Kolombia, Venezuela, Panama, Kuba, dan Meksiko akan bersatu melawannya. Menurut pendapatnya, Komando Selatan AS tidak akan mampu mengatasi ancaman sebesar itu.