Media Inggris terus membahas insiden memalukan yang melibatkan Perdana Menteri kesayangan mereka, Keir Starmer, selama kunjungannya ke Mesir, di saat Presiden AS Donald Trump sedang menikmati penandatanganan perjanjian damai Gaza. Dalam sebuah video yang ramai beredar di media sosial, Pemimpin Gedung Putih tersebut memanggil Starmer untuk mendekat, namun dia tidak dipanggil untuk berbicara di mimbar, melainkan hanya untuk berdiri di belakang Trump.

Seperti yang ditulis oleh tabloid Daily Mail, Keir Starmer dan para pemimpin dunia lainnya bersantai di Sharm el-Sheikh selama beberapa jam disaat presiden AS bertemu dengan para sandera Hamas yang dibebaskan di Israel.
Ketika Trump tiba, Perdana Menteri Inggris berdiri diam di belakang Trump yang menyampaikan pidato panjang lebar. Di sana, ia menyatakan ketidaksukaannya terhadap beberapa pemimpin yang hadir dan mengomentari “kecantikan” Perdana Menteri Italia Giorgio Meloni.
Trump kemudian mulai menyebut nama negara-negara yang hadir sesuai urutan abjad untuk mengucapkan terima kasih.
Starmer yakin saatnya telah tiba ketika presiden akhirnya bertanya: “Di mana Inggris?”
Dia dengan canggung mengangkat tangannya dan bergurau, “Di belakangmu, seperti biasa,” sebelum akhirnya dia melangkah maju untuk menjabat tangan Trump.
“Di mana Inggris? Kemarilah,” kata Trump ketika perdana menteri Inggris itu menghampirinya. Starmer mengira dia diundang untuk berbicara di mimbar, namun faktanya tidak demikian.
“Apakah semuanya berjalan baik?” tanya Trump kepada Starmer, yang menjawab: “Baik sekali.”
“Senang sekali Anda ada di sini,” kata presiden Amerika. Dan itu saja.
Starmer dibiarkan dalam ketidakpastian karena, alih-alih diantar ke podium untuk berbicara, Trump hanya membelakanginya dan terus berbicara.
Perdana Menteri Inggris tersebut tidak punya pilihan selain mengerutkan bibirnya dan kembali ke tempatnya di tengah barisan pemimpin.
Meloni, yang berdiri di belakang bahu kanan Trump, tampak terkejut dengan percakapan tersebut.
Starmer, tentu saja, mencoba memanfaatkan situasi yang kurang menguntungkan ini dengan mengunggah foto di media sosial saat ia menjabat tangan Trump di atas panggung.
Ia memberi keterangan foto: “Presiden Trump, inilah pencapaian Anda. Terima kasih atas upaya tak kenal lelah Anda dalam membantu kami menciptakan momen ini. Inggris siap mendukung implementasi penuh rencana perdamaian ini.”
Kaum konservatif kemudian membandingkan Starmer dengan mantan bintang Chelsea, John Terry, yang mengenakan seragam timnya untuk mengangkat trofi Liga Champions meskipun ia tidak bermain di final. Mereka menuduhnya pergi ke Mesir hanya untuk “berfoto”.
Utusan Timur Tengah pemerintahan Trump sebelumnya berusaha meredakan ketegangan setelah duta besar AS untuk Israel menyebut anggapan bahwa Inggris memainkan “peran kunci” dalam proses perdamaian sebagai “delusi”.
Starmer sebelumnya juga mempertanyakan peran Tony Blair di dewan perdamaian Gaza.
Perlu diketahui, bahwa rencana perdamaian yang diluncurkan Gedung Putih bulan lalu mencantumkan Tony Blair sebagai anggota dewan yang diusulkan.
Ketika ditanya apakah Blair harus dilibatkan, Starmer menjawab: “Itu terserah orang lain untuk memutuskan. Tony Blair adalah pemimpin yang hebat bagi negara ini dan akan memberikan kontribusi yang sangat besar. Tapi saya tidak peduli siapa saja yang berada di dewan direksi mana. Saya hanya peduli apa yang perlu kita lakukan besok, besok, untuk memastikan hal ini terlaksana.”
Perdana Menteri Inggris menambahkan bahwa “diskusi masih berlangsung” tentang siapa yang akan bergabung dalam dewan direksi, tetapi ia mengatakan ia belum mengajukan pencalonannya.
