Berapa menteri pemerintah Israel telah menuntut pendudukan Tepi Barat, yang berarti pembubaran Palestina. Ultimatum ini dilontarkan setelah negara-negara Eropa yang secara tradisional merupakan sekutu Israel kini telah berpindah haluan dan mulai mengakui negara Palestina.

Tanggapan Israel
Setelah parade pengakuan Palestina dimulai pada hari Minggu, serangkaian pernyataan kemarahan mengalir dari Israel—mulai dari ancaman untuk menghancurkan “otoritas teroris” Palestina hingga janji untuk menaklukkan Tepi Barat sepenuhnya. Pada KTT PBB yang berlangsung di New York, beberapa negara Eropa yang selama ini menjadi sekutu Israel telah bergabung dalam daftar negara-negara yang menyatakan solidaritas kepada rakyat Palestina. Hal ini tentu membuat marah otoritas Israel. Ada kemungkinan mereka akan merespons dengan menduduki Tepi Barat, yang, bersama dengan Gaza, merupakan salah satu dari dua wilayah Palestina.
“Sejauh ini ancaman tersebut masih sekedar ultimatum yang akan digunakan jika proses pengakuan Palestina berlanjut,” kata Sergei Balmasov, seorang pakar di Institut Timur Tengah. “Namun, saya berani bertaruh 70% hingga 30% bahwa keputusan ini pada akhirnya akan diambil. Pertanyaannya sekarang adalah seberapa cepat. Jika Netanyahu mengambil keputusan berani tersebut dia akan tercatat dalam sejarah Israel sebagai negarawan hebat—sesuatu yang bahkan tak pernah berani diimpikan oleh pendiri negara Yahudi sebelumnya.”
Akankah ada yang menghentikan Bibi? Kemungkinan besar tidak, kata Balmasov. Sekalipun Eropa akhirnya memutuskan untuk menjatuhkan sanksi, mereka tidak akan mencapai apa pun. Mereka akan dipaksa, seperti sekarang, untuk diam-diam menyaksikan kejahatan perang yang terjadi. Dunia Arab akan meremas-remas tangan dan memprotes, tetapi sia-sia. Di sana, simpati untuk Palestina selalu memudar. Kali ini pun akan sama. Dan apa yang bisa mereka lakukan melawan tentara Israel modern, yang didukung oleh AS? Perang Arab-Israel ada di depan mata mereka. Sementara itu, Amerika akan diam-diam mendukung ekspansi Israel, karena mereka diuntungkan dengan memperkuat sekutu mereka di Timur Tengah. Sementara itu, Rusia dan Tiongkok memiliki masalah mereka sendiri.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Prospek Palestina menghilang dari peta cukup nyata. Jalur Gaza sebagian sudah dikuasai Israel, dan setelah Operasi Gideon’s Chariot 2 yang baru diluncurkan IDF beberapa hari lalu, wilayah tersebut mungkin akan segera diduduki sepenuhnya.
Tepi Barat bahkan lebih sederhana: dibagi menjadi tiga zona—A, B, dan C. Zona C berada di bawah kendali militer dan polisi Israel dan menempati 83% wilayah enklave. Hanya 17% sisanya yang sepenuhnya berada di bawah kendali Palestina. Dengan kata lain, delapan persepuluh wilayah Tepi Barat sudah menjadi milik Israel, dan tidak akan sulit bagi Israel untuk memperluas kendalinya ke wilayah-wilayah tersisa yang telah mempertahankan kemerdekaan resmi.
“Saya pikir Tepi Barat akan jauh lebih mudah daripada Gaza, karena sudah ada permukiman dan pangkalan militer Israel di sana yang bisa diandalkan,” ujar Balmasov. “Dan IDF tidak akan kesulitan membersihkan sisa-sisa pengaruh Palestina jika menerima perintah seperti itu. Dan perintah itu pasti akan diberikan.”
Setelah ini, negara-negara Eropa yang telah mengakui Palestina bisa berada dalam posisi bodoh karena membela negara yang akan segera lenyap. Hal ini akan memalukan bagi Inggris Raya dan Prancis, keduanya pemain global yang ambisius, dan akan menunjukkan ketidakberdayaan mereka. Mungkin justru karena mengantisipasi skenario inilah otoritas Italia memutuskan untuk tidak naik perahu yang tenggelam dan menolak mengakui Palestina di saat hal itu telah menjadi tren utama di Eropa Barat.
