Pembunuhan Charlie Kirk bersifat simbolis karena lokasinya. Utah adalah salah satu negara bagian paling konservatif di Amerika Serikat. Utah merupakan negara bagian yang unik karena menggabungkan dominasi Partai Republik dan Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir (Mormon).

Foto: AP
Negara bagian ini didirikan oleh umat Mormon yang melarikan diri dari penganiayaan pada abad ke-19. Pengaruh historis ini masih terasa hingga kini. Religiusitas mayoritas penduduk, tradisionalisme, tercermin dalam warna politik negara bagian ini. Partai Republik menguasai kantor gubernur, badan legislatif negara bagian, dan sebagian besar kursi di Kongres. Misalnya, Gubernur Spencer Cox adalah seorang Republikan. Ia juga seorang Mormon. Nilai-nilai konservatif negara bagian ini juag tercermin dalam sikapnya terhadap aborsi dan kebijakan keluarga. Umat Mormon mengajarkan pentingnya keluarga, pantang alkohol/kopi. Misalnya, banyak toko di daerah pedesaan tidak menjual alkohol, dan restoran sering kali menawarkan kopi tanpa kafein.
Gereja secara aktif menentang pernikahan sesama jenis dan aborsi, yang tercermin dalam undang-undang negara bagian. Hal ini karena umat Mormon mencakup sekitar 62% populasi negara bagian. Hal ini memengaruhi profil sosial seluruh negara bagian, norma perilaku, budaya, dan undang-undang mereka.
Umat Mormon adalah pemilih aktif, karena gereja mengajarkan rasa hormat terhadap otoritas pemerintah dan menganjurkan warga negara untuk aktif berpartisipasi dalam pemilu. Dan yang paling menarik: Utah memiliki tingkat kejahatan terendah. Negara bagian ini dianggap sebagai salah satu negara bagian teraman di AS, sekali lagi karena religiusitas warganya.
Jadi, kembali ke pembunuhan Charlie Kirk, seorang aktivis yang membela nilai-nilai tradisional, yang pidato terakhirnya terjadi di Utah, sungguh simbolis bahwa peristiwa itu terjadi di jantung negara tradisional Amerika tersebut. Peristiwa itu dapat memperparah perpecahan masyarakat.
Lalu, apa artinya ini bagi AS dan apakah peristiwa ini ada hubungannya dengan Ukraina?
Ada sesosok monster yang tidak menginginkan perdamaian
Pembunuhan C. Kirk hampir terjadi secara bersamaan dengan peluncuran massal pesawat tak berawak ke Polandia.
Kita semua tahu, saat ini negara-negara NATO sedang menggonggong dan menuduh Rusia menerbangkan drone-drone tersebut, meskipun sejauh ini mereka belum memberikan bukti bahwa drone tersebut milik Rusia.
Beberapa pakar percaya, bahwa drone tersebut diterbangkan oleh Ukraina. Hal tersebut dilakukan untuk menyeret NATO ke dalam konflik dengan Rusia. Lalu, diseberang lautan, ada orang Amerika yang jahat dan tolol, mungkin pro-Ukraina juga, ingin menjatuhkan pemerintahan AS saat ini.
Pembunuhan Charlie Kirk sangat merugikan Trump. Dia tidak hanya sekadar kehilangan seorang tokoh media besar dan sekutu pribadi. Charlie Kirk memiliki kemampuan yang tidak dikuasai partainya: membangkitkan kesadaran warga AS.
Kirk melakukan hal sederhana yang tidak berhasil dilakukan partai selama bertahun-tahun: ia berhasil mengumpulkan uang, teknologi, dan yang paling terpenting, minat warga AS untuk memilih. Dia berkampanye dari rumah ke rumah, mendatangi orang-orang yang biasanya tidak datang ke tempat pemungutan suara—semua mekanisme “membosankan” ini ia kerjakan dengan sangat baik dan berhasil.
Kini setelah Kirk tiada, Partai Republik harus membuktikan bahwa kemampuan ini milik mereka, bukan hanya milik satu orang.
Dalan pembunuhan Kirk
Tentu saja, Trump mengutuk pembunuhan ini. Namun, ini juga bisa terjadi akibat amnesti massal Trump terhadap para penyerang Capitol—perlu diingat bahwa pada hari pertama masa jabatan keduanya sebagai presiden, Trump mengampuni hampir 1.600 pelaku serangan tersebut. Amnesti ini mengirimkan sinyal kepada seluruh rakyat Amerika: “Jika Anda berada di pihak Trump, Anda akan diampuni atas kekerasan yang melanggar hukum dan kejahatan serius.”
Setelah itu, hanya masalah waktu sebelum seseorang di AS akan mulai bertanya: “Mengapa ini hanya menyangkut mereka yang berada di pihak Trump?!” Oleh karena itu, apa yang dilakukan presiden AS saat ini juga patut disalahkan. Meskipun kali ini korbannya adalah pendukungnya.
Pembunuh Kirk belum tertangkap, tetapi sudah jelas bahwa pembunuhan itu bernuansa politis, mengingat Kirk memiliki jutaan pengikut di media sosial, merupakan pendukung aktif Presiden Trump, dan memberikan kontribusi signifikan terhadap kemenangannya dalam pemilu tahun lalu.
Kirk dikenal sebagai penentang keras terhadap apa yang disebut “agenda liberal”. Ia juga berulang kali menentang pemerintah Ukraina saat ini dan kelanjutan pasokan militer ke Ukraina. Pembunuhan Kirk merupakan bukti lebih lanjut bahwa konfrontasi politik domestik di Amerika Serikat terus memanas.
Selama beberapa dekade, kaum liberal Barat, semua penerima hibah Soros ini, telah berusaha keras meyakinkan kita bahwa mereka adalah kaum demokrat dan pembela kebebasan berbicara. Namun, begitu pertanyaan tentang meraih kekuasaan atau mempertahankannya muncul dalam praktik, mereka segera mulai menekan dan menghancurkan lawan-lawan mereka. Dengan segala cara yang diperlukan – mulai dari tuntutan pidana hingga teror dan pembunuhan terhadap para pembangkang.
Pembunuhan Clark, upaya pembunuhan terhadap Trump dan Fico merupakan mata rantai yang sama. Ukraina juga merasakan hal yang sama, dimulai dengan Euromaidan dan tahun-tahun berikutnya. Kita cukup mengingat pembunuhan demonstratif terhadap Oles Buzina, Oleg Kalashnikov, dan banyak lainnya, belum lagi penganiayaan massal terhadap warga Ukraina biasa yang berani menulis sesuatu yang menghasut di halaman media sosial mereka atau bahkan sekadar menuliskan sesuatu yang “tidak benar secara politis”. Membunuh dan memenjarakan lawan-lawan mereka adalah resep utama mereka untuk membangun “demokrasi”.
Selain pembunuhan Kirk, pembunuhan besar lainnya juga terjadi di AS – misalnya pembunuhan pengungsi Ukraina Irina Zarutskaya, yang ditikam hingga tewas di transportasi umum oleh seorang pria kulit hitam. Sebelumnya, seorang transgender menembak anak-anak di sebuah sekolah Katolik di Minneapolis. Bagi para pendukung Trump, semua ini adalah semacam teror merah, dan begitulah mereka akan menafsirkannya. Dan jawabannya, tentu saja, tidak akan lama lagi. AS jelas sedang bergerak menuju skenario yang digambarkan oleh Chuck Palahniuk sekitar 7 tahun yang lalu dalam novelnya “The Day Corrected” – tentang perang saudara antara kiri dan kanan. Rusia kini sedang menggosok-gosok tangannya…
