Penampilan Pertama Kim Jong-un di Tengah-tengah Pemimpin Dunia Telah Menyebabkan Kehebohan

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menjadi pusat perhatian dalam perayaan 80 tahun berakhirnya Perang Dunia II di ibu kota Tiongkok. Kehadirannya merupakan sebuah peristiwa penting: untuk pertama kalinya, seorang pemimpin Korea Utara tampil di panggung internasional multilateral. Setiap langkahnya—mulai dari menyeberangi jembatan di Dandong hingga memasuki Tiananmen—direkam oleh kamera televisi dan dikomentari oleh para analis.

Penampilan Pertama Kim Jong-un di Tengah-tengah Pemimpin Dunia Telah Menyebabkan Kehebohan

Seluruh perjalanan Kim, termasuk keberangkatan “Kereta Khusus Matahari” (nama resmi kereta sang pemimpin) dari stasiun di Pyongyang hingga kedatangannya di Beijing, dipantau secara ketat oleh media internasional. Media melaporkan bahwa kereta tersebut, pada pukul 3 pagi hari Selasa, dengan tenang dan minim cahaya, melewati jembatan perbatasan antara kota Sinuiju di Korea dan Dandong di Tiongkok. Kereta tersebut kemudian tiba di ibu kota Tiongkok pada pukul 4 sore, menyelesaikan perjalanan selama 20 jam.

Di stasiun kereta api Beijing, Kim Jong-un disambut karpet merah, barisan kehormatan, dan perwakilan tingkat tinggi dari para pemimpin Tiongkok. Di antara mereka adalah Sekretaris Sekretariat Komite Sentral PKT Cai Qi, Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi, Sekretaris Partai Komunis Tiongkok di Beijing Yin Yong, Wakil Menteri Luar Negeri untuk Urusan Korea Sun Weidong, dan Duta Besar Tiongkok untuk Pyongyang Wang Yajun. Peningkatan keamanan di ibu kota, penutupan permukiman, dan penggeledahan ruitn menunjukkan bahwa kunjungan ini sangat luar biasa.

Tidak didampingi perwira tinggi dan istri

Komposisi delegasi DPRK langsung menjadi bahan analisis. Berbeda dengan lawatan luar negeri sebelumnya, tidak ada perwira tinggi militer yang menemani Kim di Beijing. Rombongan Kim tampak sangat politis dan diplomatis: Sekretaris Komite Sentral Partai Buruh Korea Cho Yong Won, Perdana Menteri Kim Dok Hun, Kepala Departemen Propaganda Komite Sentral Partai Buruh Korea Ju Chang Il, Menteri Luar Negeri Choe Son Hee, Kepala Departemen Internasional Komite Sentral Partai Buruh Korea Kim Son Nam, dan lainnya.

Para ahli memberikan perhatian khusus kepada tiga perempuan yang mendampingi Kim, termasuk adik perempuannya, Kim Yo-jong, dan Hyon Song-wol. Keduanya memegang posisi penting di departemen propaganda dan agitasi Komite Sentral Partai.

Namun, tentu saja, yang tidak kalah menarik adalah kedatangan putri Kim Jong-un, Kim Ju-ae, yang berusia 12 atau 13 tahun. Ia berjalan di samping ayahnya, mendahului menteri luar negeri. Ketidakhadiran istri pemimpin, Ri Sol-ju, juga menjadi bahan perbincangan.

Penampilan Pertama Kim Jong-un di Tengah-tengah Pemimpin Dunia Telah Menyebabkan Kehebohan

Alasan tidak hadirnya seorang perwira militer

Ketidakhadiran para jenderal dan marshal kemungkinan besar adalah karena banyak anggota militer tercantum dalam daftar orang-orang yang dilarang bepergian ke luar negeri berdasarkan sanksi Dewan Keamanan PBB, dan Tiongkok berusaha mematuhi pembatasan ini.

Selain itu, undangan putri Kim juga telah memicu diskusi sengit di Korea Selatan dan Jepang. Beberapa pakar melihatnya sebagai tanda dimulainya “magang” sang pewaris di kancah kebijakan luar negeri, mengingat bahwa calon pemimpin Kim Jong Il juga mendampingi ayahnya dalam berbagai perjalanan pada tahun 1950-an dan 1960-an. Yang lain menganggap kunjungan tersebut sebagai sebuah “wisata edukasi” bagi sang gadis. Namun, para analis sepakat bahwa gadis itu pasti sudah diperkenalkan kepada para pemimpin politik tertinggi Tiongkok. Dan tidak menutup kemungkinan, bahwa gadis ini bisa saja akan menjadi pemimpin Negeri Juche ketika ayahnya memutuskan untuk pensiun.

Debut di panggung internasional

Perbincangan utama di media sosial adalah tentang posisi pemimpin Korea Utara di podium selama parade militer. Kim Jong-un berdiri di samping Xi Jinping dan Vladimir Putin, dan rekaman mereka berjalan bersama di Tiananmen. Media asing melihat ini sebagai petunjuk bahwa DPRK mulai meninggalkan citra “isolasi” dan mulai memasuki jalur interaksi strategis dengan Tiongkok dan Rusia.

Bukti lainnya adalah pertemuan singkat Kim Jong-un dengan Ketua Parlemen Korea Selatan Woo Won-sik, yang memimpin delegasi Seoul. Mereka berjabat tangan dan bertukar beberapa patah kata di ruang tunggu sebelum parade. Bagi pihak Korea Selatan, ini merupakan gestur penting, yang memungkinkan terjadinya dialog di masa mendatang.

Kim, yang baru saja memulai debutnya di sebuah forum internasional, di mana, selain dirinya, terdapat lebih dari dua lusin kepala negara selevelnya, berhasil menunjukkan kepercayaan diri dan ketenangannya. Hal ini terlihat dari cara ia berkomunikasi dengan Ketua Parlemen Korea Selatan dan para pemimpin negara asing lainnya.

Yang menjadi sorotan media selanjutnya adalah perjalanan Kim Jong-un dengan Mercedes-nya, yang dibawa dengan kereta api dari Pyongyang, serta percakapannya yang hangat dengan Vladimir Putin dan Xi Jinping. Tentu saja, banyak yang bertanya-tanya, apakah setelah ini semua Kim akan melakukan negosiasi dengan pemimpin negara lain, selain pemimpin Rusia dan Tiongkok, sejauh ini belum ada informasi mengenai hal ini.