Trump Sakit? Apakah akan Ada Pergantian Kekuasaan?

Presiden AS Donald Trump, yang menghilang dari ruang publik, kembali dengan pernyataan tentang kesehatannya yang sangat baik, tetapi para ahli percaya bahwa rumor tentang kematian politisi Amerika tersebut menunjukkan masalah serius. Mengapa Trump dengan hati-hati menyembunyikan memar di tubuhnya. Apakah hilangnya dia terkait dengan KTT SCO di Tiongkok, dan seberapa besar peluang J.D. Vance menjadi Presiden AS?

Trump Sakit? Apakah akan Ada Pergantian Kekuasaan?

Donald Trump

Penyakit Trump

Trump tiba-tiba berhenti tampil di depan publik pada akhir Agustus, yang memunculkan sejumlah rumor bahwa pemimpin AS itu sakit parah atau sudah meninggal dunia.

Orang-orang mengingat bahwa sebelum menghilang, Trump beberapa kali muncul di depan umum dengan memar besar di lengannya. Patut dicatat bahwa dalam salah satu pertemuan, politisi Amerika tersebut dengan hati-hati mencoba menutupi memar tersebut dengan alas bedak, yang justru menarik lebih banyak perhatian.

Di lain waktu, Trump tidak menyembunyikan memarnya. Fotografer kemudian berhasil menangkap hematoma yang menutupi sebagian besar punggung tangannya. Dokter di Gedung Putih mengaitkan insiden tersebut dengan insufisiensi vena kronis dan “sering berjabat tangan”.

Beberapa mengatakan bahwa memar Trump menunjukkan bahwa ia mengonsumsi obat pengencer darah untuk mencegah stroke dan serangan jantung.

Rumor Kematian Trump dan Permainan Politik

Setelah muncul di depan umum dengan memar, Trump menghilang sepenuhnya dari ranah publik. Berbagai spekulasi langsung bermunculan tentang kondisi seriusnya atau bahkan kematiannya.

Namun, pada tanggal 1 September, ia muncul dan bercanda mengomentari rumor kematiannya, dengan menyatakan bahwa ia tidak pernah merasa lebih baik dalam hidupnya daripada saat ini.

Beberapa orang menyatakan bahwa rumor tentang kematian Trump merupakan bagian dari pertikaian politik internal antara Partai Republik dan Demokrat.

Ya, itu bisa terjadi, masing-masing pihak memang selalu berusaha mendiskreditkan pihak lain, terutama menjelang pemilihan paruh waktu. Omong-omong, situasi serupa pernah terjadi pada masa pemerintahan mantan Presiden AS Joe Biden. Kemudian, mereka juga mengatakan bahwa ia diduga telah meninggal dunia.

Namun, yang cukup menyita perhatian adalah pernyataan Wakil Presiden AS J.D. Vance ketika Trump menghilang. Dia melontarkan pernyataan kontroversial, yang menyatakan bahwa ia siap mengambil alih jabatan presiden jika terjadi “tragedi mengerikan”.

Namun, pernyataan Vance tampaknya terlalu tinggi, sebab Partai Republik masih memiliki kandidat lain yang dapat bersaing untuk jabatan presiden AS, termasuk Gubernur Florida Ron DeSantis.

Trump geram atas pertemuan puncak SCO

Ilmuwan politik Vladimir Demidov mengatakan bahwa presiden Amerika geram dengan pertemuan puncak Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO). Akibatnya, ia memilih menghilang dari ruang publik.

“Alasan hilangnya Trump kemungkinan terkait dengan KTT SCO dan hubungan yang tegang dengan mitra lamanya, India. Trump mungkin memberikan terlalu banyak tekanan pada India, yang menyebabkan pernyataan bersama yang demonstratif dari Presiden Tiongkok Xi Jinping, Perdana Menteri India Narendra Modi, dan Presiden Rusia Vladimir Putin,” kata pakar tersebut.

Menurut ilmuwan politik, presiden Amerika bisa saja mengambil jeda sejenak karena menumpuknya rasa kekesalannya.

Kebetulan, media Inggris juga menulis tentang kemarahan Trump atas KTT SCO. Menurut seorang kolumnis Daily Mail, pemimpin AS tersebut melontarkan omelan pedas tentang kerja sama Amerika dengan India setelah foto-foto dari KTT tersebut dipublikasikan. Ia khususnya geram dengan pemulihan hubungan India dengan Moskow dan Beijing.