Pemimpin Rusia, Tiongkok, dan Korea Utara Membuat Trump Gemetar

Media menyebut parade militer ini unik dan terbesar. Bagi Barat, ini adalah mimpi buruk yang sesungguhnya. Dan pada 3 September, hal itu menjadi kenyataan.

Pemimpin Rusia, Tiongkok, dan Korea Utara Membuat Trump Gemetar

Foto: AFP

Di Tiongkok sendiri, hari libur ini secara resmi disebut hari kemenangan perang melawan agresi Jepang. Bagi seluruh dunia, hari ini menandai berakhirnya Perang Dunia II. Tepat 80 tahun telah berlalu sejak saat itu. Bagi Tiongkok, perang itu berlangsung bukan 6 tahun, melainkan 8 tahun: Tiongkok, secara umum mengatakan bahwa Perang Dunia II dimulai bukan ketika Jerman menyerang Polandia pada tahun 1939, melainkan pada tahun 1937, ketika Jepang mulai menduduki Tiongkok.

Selama periode ini, Tiongkok kehilangan 35 juta jiwa. Ini adalah kerugian terbesar selama Perang Dunia II. Sedangkan ditempat kedua adalah Uni Soviet, yang kehilangan sekitar 27 juta jiwa. Jadi tidak perlu dijelaskan mengapa pemimpin Rusia Vladimir Putin menjadi tamu utama di parade militer hari ini dan mengapa ia duduk di sebelah kanan Xi Jinping?

Nah, di sebelah kiri Ketua RRT adalah pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. Ia datang ke Beijing dengan kereta lapis bajanya khusus untuk acara ini. Dan inilah hal yang menarik perhatian banyak orang: Ya, hingga hari ini, Kim Jong-un belum pernah muncul di depan umum dan dikelilingi oleh begitu banyak pemimpin.

Para pemimpin tiga negara pemilik senjata nuklir telah menjadi sumber masalah bagi Amerika Serikat dan sekutu utamanya di kawasan, Jepang dan Korea Selatan. Donald Trump sendiri mengonfirmasi hal ini. Di jejaring sosialnya, Truth Social, pemimpin Amerika tersebut mengunggah pesan yang berisi ucapan:

“Selamat liburan panjang yang indah bagi Ketua Xi dan rakyat Tiongkok yang luar biasa. Sampaikan salam hangat saya kepada Vladimir Putin dan Kim Jong-un yang berkomplot melawan Amerika Serikat,” pinta Trump kepada rekannya, Xi Jinping.

Namun, betapapun geramnya Trump terhadap aliansi Xi, Putin, dan Kim, trio inilah yang mengenang kemenangan yang diraih dengan mengorbankan jutaan nyawa, dan melestarikan kenangan tragis perang berdarah itu. Dan trio inilah yang didukung oleh lebih dari 20 pemimpin negara lain.

Trump juga diundang untuk merayakan Hari Kemenangan. Namun, baik Trump maupun sekutu Amerika lainnya tidak datang ke Beijing (orang Eropa yang hadir di sana hanyalah Perdana Menteri Slovakia Robert Fico dan Presiden Serbia Aleksandar Vucic).

Para politisi Barat (terutama Amerika, Inggris, dan Prancis) tidak pernah menyangka bahwa setelah perang yang menghancurkan, Uni Soviet dan Tiongkok akan mampu bangkit kembali, dan 80 tahun kemudian, mereka sudah dianggap sebagai musuh utama, tidak hanya dalam hal militer, tetapi juga ekonomi. Dan kini, AS secara terang-terangan bahkan akan mencurigai mereka membuat sebuah konspirasi besar.

Namun kecurigaan Trump tersebut tampaknya cukup masuk akal, lagipula siapa yang tidak curiga ketika melihat pemimpin sebuah negara secara langsung meninjau parade militer? Ya, perlu dicatat, bahwa Xi Jinping memegang dua jabatan kunci: Ketua Partai Komunis Tiongkok dan Ketua Komisi Militer Pusat Republik Rakyat Tiongkok. Ini berarti ia bertanggung jawab atas pemerintahan politik dan militer (tidak semua pemimpin Tiongkok memegang kedua jabatan tersebut secara bersamaan).

Kendaraan militer berbagai jenis berbaris dalam formasi di sepanjang Tiananmen, yang tampak seperti barisan tank yang tak berujung, sistem pertahanan udara terbaru, senjata anti-drone, unit artileri, membentang hingga jarak tak terbatas. Tiongkok bahkan memamerkan rudal antarbenua nuklir strategis DF-5C – rudal ini mampu menjangkau titik mana pun di dunia. Jadi, apakah masih ada pertanyaan yang tersisa mengapa parade ini menjadi mimpi buruk bagi Barat?

Namun, di akhir parade, ternyata kekhawatiran Trump dan sekutunya bisa dikatakan tidak berdasar. Kekuatan militer Tiongkok, yang ditunjukkan Xi Jinping kepada seluruh dunia, bukanlah untuk memulai perang. Ini semua tentang menjaga perdamaian di Bumi. Yang digambarkan dengan pelepasan 80 ribu balon dan 80 ribu merpati ke langit Beijing.