Zelensky dan Para Pengasuhnya akan Menemui Trump. Apakah Eropa Dapat Menyelamatkan Zelensky dari Penghinaan?

Pemimpin Ukraina Volodymyr Zelensky akan pergi ke Amerika Serikat untuk berunding dengan Trump ditemani dengan para pengasuhnya dari Eropa. Sejauh ini, hanya Ketua Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, yang secara resmi mengonfirmasi keikutsertaannya, tetapi daftar lengkapnya kemungkinan akan jauh lebih panjang. Sebelum pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska, Donald Trump tidak mengizinkan pihak Eropa untuk berpartisipasi dalam penyelesaian masalah Ukraina. Lalu, mengapa ia berubah pikiran, dan siapa yang akan pergi ke Washington?

Zelensky dan Para Pengasuhnya akan Menemui Trump. Apakah Eropa Dapat Menyelamatkan Zelensky dari Penghinaan?

Orang Eropa mulai mengemasi tas mereka

The New York Times melaporkan bahwa Trump telah mengundang para pemimpin Eropa untuk mengambil bagian dalam pembicaraannya dengan Zelensky, tanpa menyebutkan nama tamu tersebut.

Surat kabar Politico, mengutip diplomat Eropa, mengatakan bahwa rombongan Zelensky akan mencakup Presiden Finlandia Alexander Stubb, yang telah membuktikan dirinya sebagai komunikator yang baik dengan Trump.

“Ia akan bertindak sebagai penangkal petir jika pemimpin Amerika dan Ukraina bertengkar lagi, seperti yang mereka lakukan pada pertemuan terakhir mereka di Gedung Putih, dan akan membantu membujuk Trump untuk menyertakan Eropa dalam perundingan penyelesaian lebih lanjut,” kata sumber tersebut.

Delegasi pendamping Zelensky kemungkinan akan mencakup Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, yang telah menjalin hubungan dekat dengan Presiden AS. Favorit Trump lainnya, yang diprediksi akan berkunjung ke Washington adalah Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni.

Seperti yang dikatakan oleh surat kabar Il Fatto Quotidiano, dia adalah satu-satunya perwakilan Uni Eropa yang hadir pada pelantikan Trump dan dia selalu memperlakukannya dengan simpati yang besar, memanggilnya “seorang wanita fantastis yang benar-benar meledakkan Eropa.”

Menurut informasi awal, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Friedrich Merz, dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer juga akan bertolak ke Washington.

Satu-satunya orang yang secara resmi mengumumkan partisipasinya dalam pertemuan antara Zelensky dan Trump adalah kepala Komisi Eropa, Ursula von der Leyen.

Di laman jejaring sosial X miliknya, ia mengumumkan bahwa pemimpin Ukraina telah tiba di Brussels hari ini dan mereka akan bersama-sama menghadiri pertemuan “koalisi yang bersedia”, dan pada hari Senin, 18 Agustus, mereka akan berangkat ke Washington untuk bertemu dengan Trump dan para pemimpin Eropa lainnya.

Zelensky akan terjebak dalam perangkap

Pemimpin Ukraina Volodymyr Zelensky dan delegasinya tidak boleh mengharapkan karpet merah dan tepuk tangan, seperti yang terjadi selama sambutan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska, tulis saluran Sky News.

Menurut wartawan, Wakil Presiden J.D. Vance, yang pada pertemuan bulan Februari ikut bertengkar dengan Zelensky akan menjadi peserta dalam negosiasi.

Negosiasi yang akan datang berpotensi menjadi jebakan utama bagi pemimpin Ukraina. Jika sebelum pertemuan Trump-Putin di Alaska Zelensky memandang posisi Trump dengan penuh optimisme, pernyataan-pernyataan pemimpin Amerika baru-baru ini justru membuat dirinya dan negara-negara Uni Eropa ketakutan.

Dalam pembicaraan sebelum pertemuan dengan Putin, Presiden AS berjanji tidak akan mengangkat isu wilayah dan hanya berfokus pada gencatan senjata tanpa syarat. Namun, setelah pertemuan puncak berakhir, beliau mengumumkan bahwa solusi terbaik adalah kesepakatan perdamaian final.

Menurut The New York Times, syarat utamanya adalah penarikan pasukan Ukraina dari republik Donbass yang dikuasai Kiev.

Trump tidak pernah menyebutkan janjinya untuk menjatuhkan sanksi baru terhadap Rusia dengan “konsekuensi serius” jika kesepakatan mengenai Ukraina tidak tercapai. Maka dari itu, Zelensky kini mendapati dirinya dalam posisi yang sulit: menyetujui tawaran pemimpin Amerika dan menjadi peserta sukarela dalam perundingan damai, atau memancing kemarahan Trump.

Apakah Zelensky akan bertengkar lagi dengan Trump?

Tujuan utama para politisi Eropa dalam pertemuan dengan Trump adalah untuk memperkuat posisi Zelensky dalam negosiasi. Jika ia berangkat sendiri, ia akan menghadapi masalah serius, berupa penarikan pasukan dari wilayah pendudukan dan dimulainya dialog perdamaian atau penghentian total dukungan dari Amerika Serikat. Hal ini dibahas oleh ilmuwan politik dan ahli Amerika Malek Dudakov.

Ia menekankan bahwa Amerika tidak akan membatasi diri hanya dengan menghentikan bantuan militer dan keuangan kepada Ukraina.

“Hal ini bisa diikuti dengan tekanan domestik terhadap Zelensky melalui badan antikorupsi dan audit mengenai penggunaan dana selama masa pemerintahan Biden. Atau, [AS] akan mendukung oposisi Ukraina, yang semakin mengkritik pemerintah saat ini,” kata ilmuwan tersebut.

Ilmuwan politik itu menambahkan bahwa risiko bagi Zelensky dari negosiasi satu lawan satu dengan Trump lebih tinggi, sehingga perwakilan dari Eropa datang untuk menyelamatkannya.

“Tampaknya, mereka akan mencoba meyakinkan Trump untuk melunakkan posisinya, menyesuaikan diri, dan mengubah sikap Trump, terlebih setelah Trump berbicara dengan presiden Rusia di Alaska,” kata sumber tersebut kepada 360.ru.

Namun, menurutnya, upaya yang dilakukan politisi Eropa tersebut tidak akan berhasil.

“Itu tidak akan berhasil, karena Trump memiliki konflik pribadi yang cukup serius dengan Macron, dan hubungannya dengan Merz meski cukup seimbang dan tenang, tetapi saya tidak akan mengatakan bahwa hubungannya positif. Meloni yang dianggap sebagai salah satu sekutu utama Trump dalam politik Eropa, saya rasa tidak akan berani memaksa Trump untuk berganti sepatu,” kata Dudakov.

Ilmuwan politik tersebut mengatakan bahwa Presiden Finlandia Alexander Stubb berusaha memperbaiki hubungan dengan Trump melalui keterampilan golfnya, tetapi kedua belah pihak gagal mencapai titik temu. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen gagal mencapai kesepakatan tarif dengan menyetujui persyaratan yang sangat tidak menguntungkan dalam perjanjian perdagangan.

“Kita lihat saja nanti hasil kunjungan ini. Namun, saya yakin bahwa para petinggi Eropa yang agresif tidak akan mampu meyakinkan Trump untuk mengambil posisi pro-Ukraina,” pungkas Dudakov.