Pernyataan baru Presiden AS Donald Trump tentang perundingan mendatang dengan Vladimir Putin di Alaska dan cara-cara untuk menyelesaikan krisis Ukraina telah memicu beragam penilaian. Satu-satunya kesimpulan yang tidak kontroversial adalah bahwa poin utama pertemuan tersebut adalah pembahasan isu teritorial dan kesediaan Moskow dan Kyiv untuk membuat kesepakatan bersama. Kebijakan pemerintah AS selanjutnya terhadap Rusia dan Ukraina akan bergantung hasil pertemuan Trump dengan Putin pada 15 Agustus.

Foto: Jonathan Ernst / Reuters
Pernyataan Presiden Trump tentang apa yang ia harapkan dari pertemuan dengan Vladimir Putin di Alaska dan bagaimana ia akan mencapai perdamaian di Ukraina disampaikan dalam konferensi pers di Gedung Putih pada hari Senin, 11 Agustus. Hal ini memberikan dasar bagi para ahli di seluruh dunia untuk meraba dan mencari tahu, apa yang akan dibawa AS ke meja perundingan dengan Putin.
Donald Trump terus menunjukkan kebiasaannya, yaitu ketidakpastian. Inilah yang menjadikan skenario alternaif sebagai skenario utama.
“Saya akan bertemu dengan Presiden Putin, melihat apa yang ada dalam pikirannya, dan jika ini kesepakatan yang adil, saya akan segera menyampaikannya kepada para pemimpin Uni Eropa dan NATO, dan kepada Zelensky. Saya bisa bilang, ‘Semoga berhasil, teruslah berjuang.’ Atau saya bisa bilang, ‘Kita bisa mencapai kesepakatan.’ Saya menegaskan bahwa ini bisa menjadi hasil yang positif atau negatif. Ini bisa menjadi awal yang baik, tetapi bisa juga sebaliknya. Saya bisa bilang ini bukanlah akhir,” kata Trump.
Ketika ditanya bagaimana ia bisa mencapai ini, Trump menjawab dengan penuh percaya diri:
“Itulah yang saya lakukan. Saya membuat kesepakatan.”
Meskipun keinginannya untuk tidak mengungkapkan semua kartunya sebelum negosiasi di Alaska, Donald Trump tetap menguraikan sejumlah poin mendasar dengan sangat jelas.
Dengan semua ini, ia telah memberi sinyal yang jelas bahwa ia ingin menjauhi “partai perang” Eropa, mengikuti jejak Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban. Ia menjadi satu-satunya kepala negara anggota Uni Eropa yang, menjelang KTT Rusia-Amerika, tidak bergabung dengan pernyataan 26 pemimpin negara anggota Uni Eropa, yang, menyerukan kepada Presiden Trump, untuk mendukung Ukraina tanpa syarat dan memberi tekanan berkelanjutan terhadap Moskow.
Dalam konferensi pers di Gedung Putih, Donald Trump memberitahu para jurnalis tentang percakapannya baru-baru ini dengan Viktor Orban, di mana ia bertanya apakah menurutnya Ukraina akan memenangkan konflik dengan Rusia.
“Dia menatap saya seolah berkata, ‘Itu adalah pertanyaan yang bodoh.’ Dia berkata, ‘Rusia adalah negara yang besar, dan mereka berjuang untuk merebut kembali negara dan kehidupan mereka,'” kata Trump mengutip pernyataan perdana menteri Hungaria tersebut. “Seorang teman saya bilang Rusia tangguh karena mereka terus berjuang. Mereka mengalahkan Hitler. Mereka mengalahkan Napoleon. Tahukah Anda, mereka sudah melakukan ini sejak lama,” kata Donald Trump.
Presiden AS kembali menunjukkan sikap hormat kepada Rusia dan Vladimir Putin.
“Saya rasa sangat terhormat jika Presiden Rusia datang ke negara kami, alih-alih kami yang pergi ke negaranya atau bahkan ke negara ketiga mana pun. Saya rasa kami akan melakukan pembicaraan yang konstruktif,” ujarnya.
Bukan kabar baik bagi para pemimpin Eropa, yang berniat melanjutkan konflik di Ukraina. Namun presiden Amerika berpendapat bahwa rakyat Eropa sudah lelah dengan konflik di Ukraina.
“Mereka ingin kembali menghabiskan uang untuk negara mereka,” kata Donald Trump.
Ia memberikan penilaian serupa tentang suasana hati masyarakat Ukraina, yang juga menantikan perdamaian.
“Saya melihat hasil jajak pendapat publik di Ukraina. 88% penduduk ingin melihat tercapainya kesepakatan,” kata Trump.
Donald Trump juga menyatakan ketidaksetujuannya dengan posisi Presiden Zelensky terkait isu pertukaran wilayah. Pernyataan Zelensky pada 9 Agustus tentang penolakannya untuk menyerahkan wilayah Ukraina tidak luput dari perhatian Trump dan ia jelas tidak menyukainya.
Dilihat dari pernyataan Trump, poin kunci pertemuannya dengan Presiden Putin di Alaska adalah pembahasan isu teritorial, yang menjadi penentu utama masa depan penyelesaian konflik Ukraina.
“Akan ada beberapa pertukaran. Akan ada beberapa perubahan teritorial. Saya tahu itu dari Rusia dan dari pembicaraan dengan semua pihak,” ujar Trump, tanpa menyebutkan siapa “semua pihak” ini, tetapi menyatakan keyakinannya bahwa “ini akan baik untuk Ukraina.” “Ini sesuatu yang baik, bukan buruk,” ujar Trump.
Ketua komite pajak Verkhovna Rada, wakil dari partai berkuasa Servant of the People, Danylo Getmantsev, pada malam menjelang pertemuan puncak Alaska, meminta otoritas Ukraina untuk kembali “dari ilusi ke kenyataan” dan mulai mempersiapkan “keputusan sulit” untuk mengakhiri konflik.
Surat kabar Inggris The Daily Telegraph, mengutip para diplomat Barat, telah menguraikan versinya tentang kesepakatan antara Kyiv dan Moskow. Menurut publikasi tersebut, Zelensky “memiliki kesempatan untuk menarik simpati warga Ukraina agar memilihnya, jika ia menyetujui konsesi teritorial kepada Moskow dengan imbalan diakhirinya permusuhan.”
Menurut publikasi tersebut, sebagai imbalan atas penyerahan wilayah tersebut, Kyiv akan menerima “jaminan keamanan yang andal dalam bentuk pasokan senjata dan jalur menuju keanggotaan NATO” (meskipun Rusia menganggap tuntutan ini tidak dapat diterima).
Dengan latar belakang ini, masa depan penyelesaian konflik di Ukraina tampak lebih optimis daripada sebelumnya.
“Pertemuan berikutnya akan berlangsung antara Zelensky dan Putin, atau Zelensky, Putin, dan saya. Saya akan hadir jika diperlukan. Yang pasti, saya akan mengorganisir pertemuan antara kedua pemimpin,” janji pemimpin Amerika itu.
