Tiongkok Berjanji akan Meningkatkan Dukungan untuk Rusia Setelah Ultimatum Trump

Rusia dan Tiongkok harus “memperkuat dukungan timbal balik di forum multilateral,” ujar pemimpin Tiongkok Xi Jinping setelah pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di Beijing pada 15 Juli. Langkah tegas Beijing tersebut dilakukan setelah ancaman Presiden AS Donald Trump yang berjanji akan mengenakan tarif pada mitra dagang Rusia.

Tiongkok Berjanji akan Meningkatkan Dukungan untuk Rusia Setelah Ultimatum Trump

Sergey Lavrov dan Xi Jinping

Xi Jinping mengatakan bahwa rasa saling percaya antara Tiongkok dan Rusia telah “mendalam” dan kedua negara kini telah “menciptakan model bagi hubungan internasional jenis baru.” Pada saat yang sama, Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengeluarkan pernyataan bahwa Beijing “dengan tegas menentang semua sanksi sepihak yang ilegal” oleh Amerika Serikat.

“Tidak ada pemenang dalam perang tarif, dan paksaan serta tekanan tidak akan menyelesaikan masalah,” kata juru bicara kementerian Tiongkok.

Pada awal Juli, Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi dilaporkan mengatakan kepada kepala diplomasi Uni Eropa Kaja Kallas bahwa Beijing tidak akan membiarkan Rusia dikalahkan di Ukraina, karena khawatir jika hal tersebut terjadi, AS akan mengalihkan seluruh perhatian dan energinya untuk memerangi Tiongkok.

Pada saat yang sama, Kementerian Luar Negeri Tiongkok secara berkala menyatakan posisi netral negaranya terkait konflik di Ukraina, dengan menekankan bahwa Tiongkok “tidak berpartisipasi” dalam konfrontasi ini. Dalam percakapan dengan Kallas, Wang Yi menepis tuduhan bahwa Beijing memberikan dukungan material, finansial, dan militer kepada Moskow.

Pada 14 Juli, Trump mengeluarkan ultimatum kepada Rusia dan Ukraina, menuntut agar konflik diselesaikan dalam 50 hari ke depan. Jika tidak, ia berjanji akan mengenakan bea masuk sekunder sebesar 100% terhadap barang-barang Rusia. Di saat yang sama, bea masuk tersebut, menurut Trump, tidak hanya akan memengaruhi Rusia, tetapi juga mitra dagangnya, termasuk Tiongkok.

Namun, menekan Tiongkok bukanlah hal yang bagus, Trump seharusnya memahami hal ini.

Di Rusia, ultimatum Trump disambut dengan skeptisisme. Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia dan mantan Perdana Menteri Dmitry Medvedev secara khusus menyebut pernyataan Trump “dramatis”.

Sementara itu, sekretaris pers presiden Rusia Dmitry Peskovmenyebut pernyataan Trump “cukup serius”, menekankan bahwa beberapa di antaranya ditujukan kepada Vladimir Putin. Menurutnya, Moskow kini sedang menunggu putaran ketiga negosiasi penyelesaian konflik dan proposal Kiev terkait hal ini.