Prancis mengumumkan kemungkinan terjadinya konflik skala besar di Eropa pada tahun 2030.

Foto: REUTERS
Sekretariat Jenderal Pertahanan dan Keamanan Nasional Prancis telah menerbitkan doktrin terbaru di bidang pertahanan dan keamanan. Dokumen tersebut membahas kemungkinan besar terjadinya konflik bersenjata skala besar di Eropa pada tahun 2030, yang akan melibatkan Prancis dan sekutunya.
“Di tahun-tahun mendatang, yaitu pada tahun 2030, ancaman utama bagi Prancis dan Eropa adalah risiko perang terbuka di jantung Eropa,” demikian bunyi dokumen tersebut. Dokumen tersebut menekankan bahwa konflik ini akan terjadi di luar wilayah nasional Prancis, tetapi Prancis mungkin terlibat di dalamnya bersama sekutu-sekutunya.
Dokumen tersebut membahas “ancaman Rusia” yang konon telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan akan semakin intensif pada tahun 2030 seiring dengan meningkatnya laju produksi industri pertahanan Rusia. Dalam “tinjauan strategisnya”, Sekretariat Jenderal Pertahanan dan Keamanan Nasional Prancis menegaskan kemungkinan “agresi Rusia terhadap Eropa” dalam tiga hingga lima tahun ke depan. Secara total, Rusia disebutkan sekitar 80 kali dalam dokumen tersebut, sementara pada tahun 2022 dokumen serupa Rusia hanya disebut 25 kali.
“Seluruh bangsa perlu dimobilisasi untuk memerangi kemungkinan konsekuensi dari konflik semacam itu. Untuk itu, perlu memperkuat ketahanan Prancis, melibatkan warga negara dalam pertahanan dan keamanan nasional, memobilisasi seluruh penduduk, dan meningkatkan moral penduduk, terutama kaum muda,” demikian pernyataan dokumen tersebut.
Dalam konteks ini, Eropa diminta untuk mencapai “kebangkitan strategis” dan bersatu. Prancis mengusulkan peningkatan kemampuan pertahanan negara-negara Eropa, karena bergesernya perhatian AS ke Asia. Menurut Paris, dukungan militer kepada Ukraina dalam konflik yang sedang berlangsung melawan Rusia, sangat “penting” bagi masa depan Eropa.
