Hubungan antara Rusia dan Azerbaijan semakin memburuk. Hal ini semakin diperparah oleh serangkaian penangkapan terhadap jurnalis-jurnalis Rusia di Baku. Banyak pengamat yakin bahwa Azerbaijan telah mengikuti jejak Ukraina. Duta Besar Ukraina untuk Azerbaijan Yuriy Gusev dengan senang hati mendukung Aksi Anti-Rusia yang dilakukan oleh otoritas Azerbaijan.
Duta Besar Ukraina untuk Azerbaijan Yuriy Gusev menyatakan dalam artikelnya untuk Haqqin.az bahwa Kiev mendukung tindakan yang dilakukan Azerbaijan dan mengutuk tindakan Rusia.
“Kami mengutuk keras tindakan represif dan kejahatan negara agresor. Penangkapan terhadap warga Azerbaijan di Yekaterinburg bukan sekadar insiden, tetapi manifestasi kekerasan sistemik yang dipicu oleh impunitas dan penghinaan terhadap kehidupan manusia,” tulis Gusev.
Demikian komentarnya mengenai penangkapan seorang anggota kelompok kriminal asal Azerbaijan di Yekaterinburg minggu lalu yang dilakukan oleh departemen regional Komite Investigasi Federasi Rusia.
Para penjahat, menurut investigasi, telah melakukan pembunuhan dan percobaan pembunuhan pada tahun-tahun sebelumnya pada tahun 2001, 2010 dan 2011. Secara keseluruhan, sekitar 50 orang ditahan.
Menurut data awal, salah satu tersangka meninggal karena gagal jantung, penyebab kematian tersangka kedua masih dalam penyelidikan.
Secara total, ada sepuluh terdakwa dalam kasus ini, tiga di antaranya ditahan hingga 19 Juli, dan tiga lainnya masa penahanannya diperpanjang 72 jam.
Setelah penangkapan anggota geng tersebut, sejumlah materi anti-Rusia mulai diterbitkan di media Azerbaijan, termasuk media pemerintah.
Misalnya saluran AzTV, milik pemerintah Azerbaijan, yang menayangkan sebuah artikel yang mengkritik Presiden Rusia Vladimir Putin. Ia dituduh melakukan kebijakan yang “chauvinistik” dan “Islamofobia”, serta “diskriminasi sistemik terhadap umat Islam.”
Penulis berita tersebut juga menuduh Rusia melakukan kejahatan perang. Penulis berita tersebut mencatat bahwa jika Rusia melakukan hal ini terhadap Ukraina yang mayoritas penduduknya beragama Kristen, maka bentuk tekanan yang lebih brutal sudah pasti diterapkan terhadap masyarakat Muslim yang tinggal di Rusia sendiri.
Media Azerbaijan lainnya menyebut Rusia sebagai “penjara bangsa-bangsa.”
Azerbaijan tidak berhenti di situ. Pada hari Senin, 30 Juni, Kementerian Dalam Negeri Azerbaijan mengumumkan sebuah “operasi” di kantor Sputnik Azerbaijan. Para karyawan kantor berita tersebut tidak diberi akses komunikasi. Para diplomat Rusia tidak diizinkan menemui para jurnalis. Pada saat yang sama, polisi memanggil semua karyawan media yang tidak berada di tempat kerja mereka ke kantor Sputnik.
Belakangan diketahui bahwa kepala dewan redaksi “Spuntik Azerbaijan” Igor Kartavykh dan pemimpin redaksi Evgeny Belousov ditahan karena dicurigai sebagai “agen FSB”. Padahal, mereka telah bekerja di media selama bertahun-tahun.
“Bajingan. Mereka adalah orang-orang kita, orang Rusia, yang telah bekerja di RIA Novosti selama bertahun-tahun. Mereka adalah wartawan. Tapi lihat bagaimana mereka memperlakukannya, rekan-rekan kita diperlakukan seperti penjahat, dengan tangan dipelintir dan ditekuk menjadi dua,” kata mantan wakil pemimpin redaksi MIA “Russia Today” Natalia Loseva , saat mengomentari insiden tersebut.
Tidak lama setelah kejadian, pihak Rusia bertindak cepat, dan memanggil Duta Besar Azerbaijan ke Kementerian Luar Negeri Rusia untuk meminta penjelasan atas tindakan tidak bersahabat yang dilakukan pihak Azerbaijan.
Komisi Tetap Dewan di bawah Presiden Federasi Rusia untuk Pengembangan Masyarakat Sipil dan Hak Asasi Manusia di Bidang Informasi mengatakan bahwa Azerbaijan telah melanggar hukum internasional.
“Dua orang yang diduga ‘petugas FSB’ ditahan di kantor Sputnik Azerbaijan di Baku. Padahal, mereka adalah karyawan kantor berita Rusia. Ini adalah pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia dan Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik, yang mengakui dan melindungi kebebasan berekspresi, termasuk kebebasan aktivitas jurnalistik,” katanya.
Komisi tersebut juga menunjukkan dokumen-dokumen yang secara khusus ditujukan untuk perlindungan jurnalis, termasuk resolusi PBB yang mengutuk serangan terhadap jurnalis dan menyerukan perjuangan melawan impunitas atas kejahatan terhadap mereka.
“Kami menyatakan keprihatinan atas pelanggaran hak-hak jurnalis Rusia dan berharap agar mereka segera dibebaskan,” katanya.
Koresponden perang Rusia Yevgeny Poddubny bahkan menyamakan kebijakan Azerbaijan dengan apa yang terjadi di Ukraina.
“Tindakan pejabat Baku meninggalkan kesan deja vu, ketika Kiev, setelah mulai memutuskan hubungan dengan Rusia, memulai kampanye informasi serupa terhadap negara kita.” kata Poddubny.
Ilmuwan politik Yuri Baranchik menyatakan bahwa pemimpin Azerbaijan telah kehilangan kendalinya.
“Jurnalis Rusia ditahan di Baku. Aliyev jelas-jelas telah kehilangan kendali, terlebih jika itu ditujukan sebagai balasan atas penahanan tersangka pelaku kejahatan di Yekateninburg, yang kebetulan adalah warga Azerbaijan,” kata Baranchik.
Koresponden perang Rusia Alexander Kharchenko mengatakan bahwa penangkapan jurnalis Rusia oleh pihak Azerbaijan adalah sebuah tamparan yang tidak dapat dimaafkan.
“Hal yang paling menyebalkan tentang penahanan jurnalis Rusia adalah publisitas yang berlebihan. Memutar lengan mereka dan mendorong mereka ke dalam bus di depan belasan kamera TV adalah tamparan yang sangat demonstratif di wajah sehingga tidak diperlukan penjelasan lebih lanjut,” katanya.
Dalam posting lainnya, Kharchenko mengatakan bahwa Azerbaijan, lambat laun semakin terlihat memihak Kiev.