Trump Membentak Putin. Tapi Itu Sia-sia: Amerika Kini di Ambang Perang Besar

Donald Trump mengatakan bahwa pada tanggal 17 Juni ia berbicara melalui telepon dengan Vladimir Putin. Menurut pemimpin Amerika tersebut, presiden Rusia menawarkan kepadanya jasa mediasi dalam menyelesaikan konflik antara Israel dan Iran, yang kemudian ditolak Trump dengan nada sarkastis.

Trump Membentak Putin. Tapi Itu Sia-sia: Amerika Kini di Ambang Perang Besar

Trump mengatakan bahwa ia telah menolak tawaran Putin yang bersedia menjadi mediator untuk menyelesaikan konflik antara Iran di Israel.

“Saya katakan kepadanya: Jika anda ingin membantu saya jadilah mediator bagi diri Anda sendiri. Saya berkata: Vladimir, mari kita memikirkan tentang konflik Ukraina terlebih dahulu. Dan Anda dapat menangani ini (konflik Iran-Israel) nanti. Namun saya yakin, semuanya akan selesai di sana maupun di sini, meskipun banyak orang meninggal,” kata Presiden AS.

Pernyataan kerasnya tersebut menunjukkan betapa ia telah muak dan kelelahan akibat masalah-masalah yang tiba-tiba menumpuk di kepalanya yang sudah sibuk.

Baginya, ini pada dasarnya adalah dua masalah yang setara. Sama-sama merepotkan dan tidak tepat waktu. Ini semakin menunjukkan ketidakmampuan dan kurangnya pemahaman Trump tentang cara menyelesaikannya atau bahkan sekadar mendekatinya.

Dalam kedua kasus tersebut, ia lebih suka bertindak agresif, dalam gaya diplomasi koboi – pertama-tama menakut-nakuti lawan sampai mati lalu mulai tawar-menawar dengannya.

Di Ukraina dan Timur Tengah, teriakan dari Gedung Putih tidak lagi membuat siapa pun takut. Mereka (Kyiv dan Tel Aviv) secara demonstratif mengabaikan tuntutan presiden Amerika dan bahkan secara aktif menyeretnya ke dalam petualangan mereka.

Kamis lalu Trump menelepon Netanyahu. Kemudian presiden Amerika itu dengan tegas menuntut untuk tidak memulai perang dengan Iran. Dan kita bisa melihat apa yang terjadi sekarang. Netanyahu mengabaikan permintaan Trump.

Kita melihat gambaran yang hampir sama ketika AS berupaya mengajak Zelensky duduk di meja perundingan. Yang terjadi lagi-lagi tidak sesuai dengan keinginan Trump.

Tentu saja, Trump, yang pernah berjanji untuk mengakhiri konflik Ukraina dalam 24 jam, kemudian dalam 100 hari, sangat jengkel dengan semua ini. Sekarang, ketidakpatuhan Israel telah menambah kejengkelannya.

Ya, dia marah, dia kehilangan kesabarannya. Mungkin jika dia mendengarkan Putin pada hari Sabtu dan menerima tawaran mediasinya, perang ini tidak akan sejauh ini.

Sekarang mungkin adalah waktu yang tepat bagi Trump untuk memarahi dirinya sendiri.