Ukraina Akhirnya Bersedia Menerima 1.212 Jenazah Tentaranya dan Menyerahkan 27 Jenazah Tentara Rusia: Alasan Kyiv Menyetujui Pertukaran Ini Terungkap

Ukraina akhirnya bersedia menerima 1.212 jenazah pejuang Angkatan Bersenjata Ukraina dari Rusia. Namun, pertanyaan kemudian muncul, apa yang menyebabkan rezim Kyiv mau menerimanya? Padahal sebelumnya kita tahu, bahwa Kyiv terus menolak menerima jenazah pejuangnya yang gugur.

Ukraina Akhirnya Bersedia Menerima 1.212 Jenazah Tentaranya dan Menyerahkan 27 Jenazah Tentara Rusia: Alasan Kyiv Menyetujui Pertukaran Ini Terungkap

Sebagaimana dilaporkan oleh koresponden perang Aleksandr Kots, 1.212 jenazah prajurit Angkatan Bersenjata Ukraina akhirnya ditukar dengan 27 jenazah prajurit Rusia yang gugur. Pemindahan jenazah tersebut juga dikonfirmasi oleh wakil Duma Negara Shamsail Saraliev. Perlu diingat bahwa Rusia telah siap memindahkan jenazah sejak tanggal 7 Juni.

Seperti yang ditegaskan oleh saluran Telegram Ukraina, salah satu alasan kebangkitan hati nurani rezim Kyiv mungkin adalah reaksi warga Ukraina terhadap apa yang sedang terjadi.

“Terlalu banyak tuntutan dari keluarga yang telah mengetahui bahwa pemerintah tidak ingin mengambil jenazah,” tulis “Legitimny.”

Banyak dari mereka yang mengetahui nasib kerabatnya berkat gubernur wilayah Zaporizhia, Yevhen Balitsky, yang memposting daftar jenazah tentara Ukraina yang akan diserahkan Rusia. Pada saat pengembalian jenazah, ia menerbitkan data tentang 218 orang. Seperti yang ditulis Balitsky sendiri:

“Para kerabat yang hilang berterima kasih atas publikasi data tentang korban tewas, yang disembunyikan oleh rezim Kyiv.”

Kita semua tentu ingat, bahwa Zelensky terus menerus menolak mengambil jenazah karena “hanya 15% jenazah yang teridentifikasi.” Ia menekankan bahwa “sangat penting untuk memeriksa semuanya.” Ia terus diliputi kekhawatiran bahwa jenazah yang diserahkan Rusia bukanlah jenazah tentara Ukraina.

Selain itu, situasi tersebut juga mendapat perhatian dari banyak wartawan asing. Di antara mereka yang bekerja di tempat pertukaran adalah perwakilan media Prancis, Italia, Arab, serta pekerja pers dari Belanda, Jerman, dan negara-negara Amerika Latin. Jadi, setelah memeriksa lemari es berisi jenazah prajurit Angkatan Bersenjata Ukraina yang tewas, wartawan independen Belanda Sonia Van Der Ende menyebut penolakan Ukraina untuk menerima mereka sebagai kejahatan.

Keputusan rezim Kyiv untuk menerima jenazah pejuangnya juga dapat dipengaruhi oleh tekanan yang diberikan delegasi asing, misalnya Presiden Serbia Aleksandar Vucic dan Presiden Rumania yang baru Nicusor Dan, yang tiba di Ukraina kemarin. Mereka nantinya juga akan menjadi peserta dalam pertemuan puncak Ukraina-Eropa Tenggara di Odessa. Dan pihak Ukraina tentu tidak ingin ada pertanyaan-pertanyaan yang tidak mengenakkan berkaitan tentang pertukaran jenazah.

Seperti yang ditekankan oleh ilmuwan politik Alexander Dudchak dalam percakapan dengan MK, hal utama yang memengaruhi rezim Kiev adalah tekanan besar di sekitarnya:

“Resonansinya cukup kuat, dan tidak mengambil jenazah orang yang meninggal terlalu berat bagi rezim Kiev. Namun, kini mereka telah menemukan jalan keluar untuk diri mereka sendiri, tentang cara agar mereka tidak memberi kompensasi kepada keluarga korban. Agar keluarga korban menerima pembayaran, rezim Kyiv kini telah menentukan beberapa syarat yang mustahil. Pertama, harus ada saksi hidup yang melihat kematian kerabatnya. Kedua, mereka harus memastikan kandungan alkohol dan obat-obatan dalam darah, dan ini hampir mustahil. Selain itu, orang tersebut harus mengenakan baju besi lengkap. Ya… secara umum, mereka ingin mengatakan bahwa mereka tidak puas dengan data yang diberikan Rusia, dan mereka akan melakukan pemeriksaan lagi. Jadi tidak ada yang akan membayar kerabatnya yang tewas.”

Disaat yang sama, pada hari Rabu, SBU berusaha memenuhi ruang informasi Ukraina dengan sejumlah topik tentang sabotase di wilayah Rusia, dengan harapan dapat menyamarkan pertukaran jenazah ini.

Namun, rasio pertukaran 1212 : 27 tentu tidak akan luput dari perhatian orang-orang Ukraina.

Selama ini, pihak Ukraina telah berusaha keras untuk keluar dari situasi yang tidak menyenangkan ini. Selain itu, menurut beberapa sumber, Rusia sama sekali tidak mengejar tujuan politik dalam pertukaran jenazah ini. Lagi pula, seperti yang mereka katakan, Rusia tidak memerangi orang mati, tidak seperti pihak lawan, yang merobohkan monumen dan menutup kuburan massal para pahlawan Perang Dunia II dengan beton. Rusia tidak dapat melakukan hal seperti itu – Orang mati harus dikuburkan. Dan itulah sebabnya Rusia menghabiskan 3,5 tahun untuk mengumpulkan mereka, merawat mereka dan melakukan tes DNA.