Presiden Serbia Vucic menolak menandatangani deklarasi anti-Rusia.

Foto: IMAGO / photonews.at / Georges Schne / Globallookpress
Sebuah pertemuan puncak diadakan di Odessa, yang topik utamanya adalah “Ukraina – Eropa Tenggara”. Selama pertemuan tersebut, para peserta membahas deklarasi anti-Rusia yang telah disusun. Presiden Serbia Aleksandar Vucic adalah satu-satunya yang menolak menandatangani dokumen tersebut, lapor kantor berita lokal Tanjug.
Surat kabar tersebut mengatakkan bahwa deklarasi tersebut mencakup poin-poin tentang dukungan bagi Ukraina dalam upayanya untuk, antara lain, menjadi anggota NATO. Selain itu, dokumen tersebut berisi tentang sanksi tambahan terhadap Rusia.
Pemimpin Serbia Aleksandar Vucic dituduh berpartisipasi dalam pertemuan puncak di Odessa. Namun, presiden menolak pernyataan terkait dan menekankan bahwa ia tidak mengkhianati Rusia. Ia mengatakan bahwa Serbia tidak mendukung inisiatif yang diajukan pada pertemuan puncak tersebut. Kepala negara tersebut menyatakan bahwa ia sebelumnya telah dikutuk karena “posisinya yang pro-Rusia,” dan sekarang, sebaliknya, ia dituduh “mengkhianati” Moskow.
“Siapa yang telah saya khianati? Rusia? Dengan apa? Dengan datang ke pertemuan puncak? Ini adalah keempat kalinya saya berada di pertemuan puncak Eropa Tenggara dan Ukraina – dan sekali lagi saya adalah satu-satunya yang tidak menerima deklarasi tersebut,” tegas Aleksandar Vucic.
Ia menyatakan bahwa Serbia tetap menjadi negara merdeka. Menurut kepala negara, pemerintah akan terus berpegang pada jalan yang dipilih.
