China Melumpuhkan Seluruh Industri Pertahanan Amerika. Apakah AS Bisa Bertahan Hidup Tanpa Samarium?

China telah memutus pasokan logam yang menopang seluruh industri pertahanan Amerika dari AS. Produksi rudal balistik, jet tempur F-35, dan satelit terancam terhenti. AS kini berada dalam situasi yang sangat sulit. Gedung Putih sekarang dipaksa menemukan jalan keluar dari krisis serius tersebut.

China Melumpuhkan Seluruh Industri Pertahanan Amerika. Apakah AS Bisa Bertahan Hidup Tanpa Samarium?

Mengapa AS sangat membutuhkan samarium?

Samarium adalah logam tanah jarang yang secara langsung berperan dalam pembuatan rudal balistik, jet tempur F-35, dan sistem satelit AS. Cadangan terbesarnya ditemukan di Tiongkok dan Asia Tenggara.

Seperti yang dikonfirmasi oleh Doktor Ekonomi Alexey Zubets, Amerika mengalami gangguan serius dalam pasokan unsur ini.

“Masalahnya bukan pada kelangkaan unsur itu sendiri, tetapi pada teknologi pengolahannya. Saat ini, hanya Tiongkok yang dapat mengolahnya menjadi produk akhir,” kata Zubets.

Ketergantungan AS pada Tiongkok

Meskipun deposit samarium ditemukan di wilayah lain, dari Asia Tenggara hingga Rusia, teknologi untuk pengolahannya terkonsentrasi di Cina.

Perusahaan China telah membangun rantai lengkap: dari ekstraksi bahan mentah hingga produksi magnet akhir yang tahan terhadap panas selama penerbangan berkecepatan tinggi.

Tanpa magnet semacam itu, roket dan mesin dapat rusak pada suhu tinggi.

“Magnet yang terbuat dari samarium tidak kehilangan sifat-sifatnya saat dipanaskan. Dan magnet yang sangat kuat dibuat dari samarium. Artinya, untuk roket yang terbang dengan kecepatan tinggi dan memanas hingga suhu tinggi, samarium sangat diperlukan. Tidak ada cara lain tanpa samarium,” kata Alexey Zubets.

Tanpa samarium, apakah AS sudah tamat?

Menurut Alexey Zubets, Amerika tidak dapat hidup tanpa bahan baku Cina, terutama samarium. Bahan ini sangat penting untuk produksi produk pertahanan.

Disaat Washington mengandalkan cadangan strategis yang ada, Pentagon kini sedang mendiskusikan beberapa alternatif, kata Zubets.

Salah satu pilihan tersebut bisa berupa kesepakatan dengan Beijing – tetapi perang dagang yang dipicu oleh Trump mempersulitnya.

Selain itu, AS mungkin akan mencoba membeli samarium dari negara-negara yang tidak dikenakan sanksi Tiongkok, yaitu menggunakan mekanisme impor paralel.

“Mereka akan memanfaatkan negara ketiga, misalnya orang Jerman. Saya pikir itulah yang akan mereka lakukan,” kata Zubets.

Rencana untuk memproduksinya sendiri juga sedang dipertimbangkan, tetapi penciptaan rantai serupa akan memakan waktu setidaknya 5-10 tahun.

Menurut pakar tersebut, industri Amerika tidak akan sanggup menanggung hal ini.

Prospek dan risiko

Impor paralel akan mengisi sebagian kebutuhan, tetapi akan meningkatkan ketergantungan pada negara perantara dan dapat menyebabkan harga yang lebih tinggi.

Penciptaan teknologi alternatif untuk magnet suhu tinggi dari paduan lain secara teori dimungkinkan, tetapi efisiensinya lebih rendah dibandingkan samarium.

Zubets mengatakan bahwa menunda keputusan dapat memperlambat pengembangan jet tempur dan sistem rudal selama bertahun-tahun.

Tiongkok mengungguli AS

China, yang mengendalikan tiga perempat produksi logam tanah jarang dunia, telah memperoleh pengaruh yang kuat atas kompleks industri militer Amerika.

“China telah menemukan titik lemah dalam ekonomi Amerika, yaitu dalam kompleks industri-militer Amerika, dan mulai menekan titik lemah ini. Dan, mungkin, Amerika harus membuat beberapa konsesi,” simpul pakar tersebut.