Ukraina Harus Menjadi Negara Netral dan NATO Tidak Boleh Melakukan Ekspansi ke Timur: Apa Saja yang Dituntut Rusia dari Kyiv dan Barat?

Rincian rancangan memorandum tentang penyelesaian konflik Rusia-Ukraina akan segera diketahui, setelah itu tahap kedua negosiasi akan dibahas. Menurut kepala Kementerian Luar Negeri Rusia, Moskow bersikeras pada status netral Ukraina dan penghapusan undang-undang diskriminatif di negara itu. Apa saja yang dituntut Rusia dari Kyiv dan mitranya?

Ukraina Harus Menjadi Negara Netral dan NATO Tidak Boleh Melakukan Ekspansi ke Timur: Apa Saja yang Dituntut Rusia dari Kyiv dan Barat?

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengakui bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin siap bertemu secara pribadi dengan pemimpin Ukraina Volodymyr Zelensky, tetapi pertemuan ini tentu harus melewati tahap negosiasi antara delegasi.

“Pertemuan semacam itu seharusnya merupakan hasil kesepakatan khusus antara dua delegasi di berbagai bidang. Terkait hal ini, tidak ada perubahan dalam posisi kami. Draf nota kesepahaman yang diajukan oleh kedua belah pihak akan segera diketahui. Dan kami akan membicarakan tahap negosiasi berikutnya,” kata Peskov.

Ia menambahkan bahwa dokumen yang sedang dikebut saat ini akan membahas daftar persyaratan gencatan senjata sementara dengan Ukraina.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, pada gilirannya, segera mengumumkan tanggal untuk tahap kedua negosiasi. Dia juga mencantumkan tuntutan pihak Rusia:

– Dalam bentuk resolusi konflik apa pun, Ukraina harus memperoleh status non-nuklir dan netral;

– Kyiv harus mencabut semua undang-undang yang diskriminatif;

– semua akar penyebab konflik harus dihilangkan, meskipun “negosiasi lebih baik daripada perang.”

Lavrov menambahkan bahwa kebijakan aneh Ukraina dan NATO menjadi “pemicu” konflik.

“Jika NATO mendatangi kami, bersiaplah menghadapi masalah,” kata Lavrov.

“Syarat-syarat Putin”

Sementara itu, Reuters, mengutip sumber, melaporkan bahwa presiden Rusia siap untuk membuat perjanjian damai, tetapi hanya jika tuntutannya dipenuhi.

Menurut surat kabar tersebut, Moskow bersikeras untuk meminta “komitmen tertulis” dari NATO untuk tidak melakukan ekspansi ke wilayah timur dan mencabut sanksi. Selain itu, Ukraina harus tetap netral dan memastikan perlindungan penduduk berbahasa Rusia.

Salah satu sumber Reuters mengklaim bahwa Putin yakin Rusia dapat berperang “selama bertahun-tahun” bahkan di bawah sanksi. Sumber dari kantor berita tersebut menyatakan bahwa pemimpin Rusia masih bertekad untuk mengambil kendali penuh atas empat wilayah, yang sebagian wilayahnya sudah dikuasai oleh Rusia.

“Putin telah memperkeras posisinya,” kata sumber itu kepada Reuters.

Ukraina siap untuk berunding

Zelensky, pada gilirannya, menyatakan kesiapan Ukraina untuk berunding dengan Rusia. Menurutnya, pihak Ukraina menyetujui negosiasi langsung dengan Rusia dan pertemuan apa pun yang dimediasi oleh Amerika Serikat atau Eropa.

Selain itu, pada pertemuan tertutup dengan wartawan, pemimpin Ukraina mengusulkan diadakannya pertemuan trilateral dengan Putin dan Presiden AS Donald Trump, lapor Kyiv Post.

“Kami siap untuk format ‘Trump-Putin-saya’ atau pertemuan terpisah: Trump-Putin, Trump-saya, dan kemudian pertemuan gabungan,” kata Zelensky.

Menurut Zelensky, semuanya tergantung pada negosiasi putaran kedua nanti. Ia percaya bahwa masalah gencatan senjata harus dibicarakan dengan partisipasi Amerika Serikat.

Zelensky juga menekankan bahwa Ukraina sedang mempertimbangkan tiga kemungkinan tempat untuk negosiasi: Turki, Swiss, dan Vatikan. Rusia, menurut Reuters, bersikeras pada Turki, Qatar, UEA, Oman dan Arab Saudi. Kantor berita TASS, mengutip sebuah sumber, melaporkan bahwa Swiss tidak dapat menjadi tempat negosiasi, karena telah “kehilangan netralitas.”