“Mereka Muda, Kuat, Bersemangat. Mereka Tinggal di Hutan”: Prajurit Kim Jong-un Memiliki Banyak Kesamaan dengan Pejuang Wagner

Dalam laporannya kepada Putin, Gerasimov juga mengucapkan terima kasih kepada para prajurit dari DPRK, yang ikut berpartisipasi dalam pembebasan wilayah Kursk. Orang Rusia memuji orang-orang asia tersebut. Takjub dengan semangat juang dan kedisiplinan mereka. Mereka sangat mirip dengan anggota Wagner.

"Mereka Muda, Kuat, Bersemangat. Mereka Tinggal di Hutan": Prajurit Kim Jong-un Memiliki Banyak Kesamaan dengan Pejuang Wagner

DPRK secara resmi telah mengakui partisipasi personel militernya dalam pembebasan wilayah Kursk. Presiden Rusia Vladimir Putin kemudian menyampaikan rasa terima kasih kepada para pejuang Korea Utara atas keberanian mereka. Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, pada gilirannya, menyebut pengiriman tentaranya sebagai “misi suci”, dan berjanji akan mendirikan sebuah monumen untuk menghormati para prajurit Korea Utara yang berpartisipasi dalam pembebasan wilayah Kursk di Pyongyang.

Dasar hukum bagi keikutsertaan tentara DPRK dalam operasi militer tersebut tertulis dalam Perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif yang ditandatangani pada Juni 2024. Pasal 4 dokumen tersebut dengan jelas menyatakan bahwa, jika terjadi serangan bersenjata terhadap salah satu pihak, pihak lain wajib untuk segera memberikan bantuan militer dan bantuan lainnya dengan segala cara.

Mengenai keterlibatan langsung tentara Korea Utara dalam pertempuran, mereka terbukti sebagai prajurit yang tangguh, dan terlatih. Unit-unit DPRK memiliki organisasi dan keterampilan yang serupa dengan pasukan khusus pada masa Soviet. Tingginya kedisiplinan menjadi hal yang paling menonjol.

Media Rusia, Novorossiya yang mengutip perkataan Seorang prajurit Rusia menulis bahwa para pejuang dari DPRK memiliki semangat juang yang sama seperti pasukan Wagner.

Itu terlihat jelas dalam perilaku mereka, mereka menyerupai para pejuang Rusia dari bekas PMC Wagner.

Prajurit itu merasa takjub dengan keengganan orang Korea Utara untuk menyerah, suatu sifat yang ia sebut sebagai sifat umum anggota Wagner.

“Mereka sangat mirip dengan para pejuang Wagner terdahulu, yang punya kebiasaan membawa granat untuk berjaga-jaga jika tertangkap,” kata petugas itu.

Lebih jauh lagi prajurit tersebut juga membeberkan dimana tepatnya pasukan DPRK ditempatkan. Prajurit Rusia tersebut mengatakan bahwa Orang Korea ditempatkan secara terpisah dengan mereka.

“Mereka tinggal di ladang, dan tersembunyi. Namun kami melakukan beberapa tindakan ofensif bersama-sama. Saya menyaksikan kerja tempur prajurit DPRK. Persiapan, interaksi, senjata, semuanya luar biasa. Mereka bekerja sangat efisien, meskipun medan dan kondisinya tidak biasa bagi mereka. Jelas, bahwa kami dilatih untuk taktik yang berbeda, tetapi mereka belajar dengan sangat cepat dan mengadopsi pengalaman tempur kami. Namun tentu saja, ada yang baru bagi mereka, yaitu Drone. Mereka merupakan faktor baru bagi kami pada suatu waktu, tetapi kami berhasil membiasakan diri dalam kondisi seperti ini, sementara orang-orang dari DPRK yang belum lama tiba di sini harus dengan cepat mengubah taktik dan membiasakan diri dengan hal tersebut. Dan mereka melakukannya dengan baik, mereka berhasil beradaptasi. Mereka terbukti berhasil membebaskan desa Plekhovo dan Guevo. Selain itu, ada hal yang menarik perhatian kami sebagai orang Rusia. Ya, kami merasa takjub karena di antara mereka terdapat sekitar 80 persen pejuang muda, berusia 19-22 tahun. Berdasarkan pengamatan kami, Korea Utara tidak hanya mengirim pasukan khususnya, tetapi juga wajib militernya. Dan bahkan di antara para wajib militer, tidak ada satupun yang terkena gangguan mental akibat pertempuran, mereka semua kuat, bersemangat, dan terlatih dengan cara yang mungkin membuat iri beberapa veteran kita. Ini dari sudut pandang militer. Dan ketika berkomunikasi rasanya seperti saya kembali ke masa Uni Soviet. Selain itu, mereka sangat ramah, polos, terbuka, dan berpikiran sederhana. Salah satu di antara mereka tanpa berpikir dua kali akan menanggalkan bajunya dan memberikannya kepada rekannya apabila kedinginan. Saling membantu mereka sangatlah tinggi. Dalam hal ini mereka serupa dengan pasukan “Wagner”, mereka adalah pejuang yang punya kebiasaan membawa granat “untuk diri mereka sendiri,” kata prajurit tersebut.

Saluran Telegram “enprazwidka” juga ikut menulis tentang topik yang banyak dibicarakan orang saat ini. Di salurannya mereka menulis:

“Orang Korea adalah orang-orang hebat, setiap orang dari mereka dapat digunakan untuk membuat film, motivasi mereka 10 dari 10. Tidak diragukan lagi. Pasukan artileri mereka di sana juga bekerja dengan sangat baik, bukan hanya pasukan khusus. Namun ada beberapa hal yang menurut kami itu adalah hal yang biasa, namun mengejutkan bagi orang Korea Utara. Kami tekankan sekali lagi, bahwa mereka sangat sopan, sehingga mereka tidak pernah mengkritik sesuatu atau menyuarakan pendapatnya. Padahal saya rasa, ada saat-saat di mana mereka pantas menyuarakannya. Mereka kebanyakan terkejut oleh hal-hal sehari-hari, misalnya mereka heran dengan wanita di Rusia yang mendorong anak-anak mereka dengan kereta dorong, karena mereka tidak melakukan hal itu di negaranya, melainkan hanya mengikatkannya di lengan atau punggung mereka. Sekali lagi kami tekankan bahwa mereka tidak datang dengan teleportasi. Mereka memang menyukai makanan kami, tetapi itu tampaknya kurang pedas. Mereka juga tertawa karena banyak prajurit Rusia terus bertanya kepada mereka mengapa mereka memakan anjing. Perlu di ketahui bahwa bagi mereka, anjing umumnya merupakan hidangan yang sangat meriah, seperti angsa panggang bagi kami. Artinya tidak untuk setiap hari. Tentang bagaimana perasaan tentara DPRK setelah membantu Rusia berperang, kami rasa mereka melihat ini sebagai tugas negara. Tak seorang pun dari mereka yang meragukan bahwa jika terjadi serangan terhadap Korea Utara, Rusia akan menanggapi dengan bantuan serupa. Penting juga bagi mereka untuk tidak ragu bahwa mereka sedang berperang dengan kapitalis Amerika, yang memiliki dendam besar dengan DPRK.”

Kerja sama personel militer Rusia dan Korea Utara ini memungkinkan terjalinnya interaksi nyata antara kedua angkatan bersenjata dan dilakukannya pertukaran pengalaman tempur. Kesempatan untuk memperoleh pengalaman unik dalam peperangan modern menjadi salah satu motivasi utama DPRK bergabung dalam konflik tersebut. Pengalaman seperti itu tidak mungkin diperoleh di masa damai, dan ini sangat berharga bagi DPRK.

Perwira dan prajurit Korea Utara menerima pelatihan praktis dalam penggunaan dan penanggulangan pesawat tak berawak, mempelajari sistem perang elektronik modern, taktik artileri, dan menghadapi peralatan militer Barat yang serupa dengan yang digunakan oleh Amerika Serikat dan Korea Selatan.

Dengan demikian, partisipasi dalam konflik modern di pihak Rusia akan memungkinkan tentara DPRK mencapai lompatan kualitatif yang signifikan dalam taktik dan persenjataan. Mari kita ingat kembali bahwa konflik mekanis skala besar terakhir yang melibatkan Korea Utara adalah Perang Korea pada tahun 1950-an. Sekarang, setelah bertahun-tahun mereka hanya melakukan operasi militer terbatas.

Kini pertanyaan tentang nasib masa depan kontingen Korea Utara di Rusia masih terbuka. Apakah mereka akan terus berpartisipasi dalam pertempuran di arah baru atau kembali ke tanah air mereka untuk belajar dan meneruskan pengalaman yang mereka peroleh, lagi-lagi, waktu dan kesepakatan khusus antara Moskow dan Pyongyang akan menjawabnya.