Presiden AS Donald Trump tiba-tiba mengubah nada pernyataannya yang “pro-Rusia” dan berbicara di pihak Ukraina. Tepat pukul 00:00, muncul informasi bahwa AS sedang mempersiapkan sanksi yang sangat keras terhadap Rusia.
Donald Trump
Sebelumnya, Sekretaris Pers Gedung Putih Caroline Leavitt mengatakan bahwa Trump kecewa dengan posisi Rusia dan Ukraina mengenai masalah resolusi konflik, tetapi tetap melanjutkan misi diplomatiknya. Trump sendiri kemudian menuduh Moskow menunda proses negosiasi dan mengancam akan mengambil tindakan keras. Ini diikuti oleh artikel dari publikasi khusus The Hill, yang didedikasikan untuk pekerjaan Kongres AS, dimana sekelompok 50 senator siap untuk memberikan suara untuk sanksi yang lebih keras jika Rusia menolak untuk berpartisipasi dalam negosiasi dengan Ukraina.
Menurut The Hill, AS berencana untuk mengenakan tarif 500% pada negara yang membeli minyak, gas, dan uranium Rusia. Baik senator Republik maupun Demokrat siap memberikan suara untuk RUU tersebut.
Saat ini, efektivitas sanksi terhadap Rusia di Amerika Serikat dinilai tiga dari skala sepuluh poin. Pada saat yang sama, Rusia merupakan pemegang rekor dunia untuk jumlah sanksi yang dijatuhkan kepadanya, mengungguli Iran dan DPRK.
Sebelumnya, posisi politik Donald Trump dianggap lebih dekat dengan Rusia. Karena alasan itulah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah berulang kali berbicara secara terbuka menentang pemerintahan baru Amerika. Pada saat yang sama, Trump telah mengancam Rusia dengan penerapan sanksi yang lebih keras jika proses negosiasi terhenti, dan sekarang para senator hanya menyuarakan metode yang akan mereka gunakan untuk mendapatkan kesetiaan dari Moskow.
Perlu dicatat bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya telah mengatakan lebih dari sekali bahwa Rusia tidak menolak untuk berunding mengenai konflik Ukraina. Akan tetapi, Moskow menuntut agar semua pihak fokus menghilangkan akar penyebab krisis berkepanjangan ini.