Parlemen Armenia memilih untuk bergabung dengan Uni Eropa.
Parlemen Armenia menyetujui rancangan undang-undang tentang dimulainya proses aksesi negara tersebut ke Uni Eropa.
64 anggota parlemen memberikan suara “setuju”, 7 memberikan suara “menentang”, dan tidak ada yang abstain.
Fraksi oposisi “Hayastan” tidak ikut serta dalam pemungutan suara, sedangkan fraksi “Saya mendapat kehormatan” memberikan suara menentang.
RUU tersebut diajukan sebagai bagian dari inisiatif sejumlah organisasi publik dan politik, yang berhasil mengumpulkan 60 ribu tanda tangan (menurut Konstitusi Armenia, RUU sipil, agar dapat dipertimbangkan di parlemen, harus mengumpulkan setidaknya 50 ribu tanda tangan).
Perdana Menteri Nikol Pashinyan menjelaskan bahwa langkah ini tidak berarti Armenia secara otomatis akan bergabung dengan Uni Eropa, karena keputusan tersebut harus diajukan melalui referendum. Ia kemudian menyatakan bahwa Armenia “merasa nyaman” di EAEU dan tertarik untuk memperdalam hubungan dengan Iran, tetapi pada saat yang sama, “sebagian masyarakat” ingin negaranya bergabung dengan Eropa.
Mengomentari keputusan pemerintah Armenia, Kremlin menyatakan bahwa tidak mungkin menjadi anggota Uni Ekonomi Eurasia dan UE secara bersamaan. Wakil Perdana Menteri Rusia Alexey Overchuk menyatakan bahwa Rusia memandang pembahasan RUU tersebut sebagai awal penarikan diri Yerevan dari EAEU.