Kerusuhan serius telah meletus di Turki menyusul penangkapan walikota Istanbul. Filsuf Rusia, Alexander Dugin ikut mengomentari dan memprediksi masa depan Turki.
Recep Tayyip Erdogan
Kerusuhan demi kerusuhan terus meletus di Turki, menyusul penangkapan Wali Kota Istanbul Ekrem Imamoglu. Menurut Alexander Dugin, untuk memahami situasi di Turki, perlu mempertimbangkan beberapa faktor. Yang pertama menyangkut afiliasi politik walikota Istanbul, dan yang kedua menyangkut Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sendiri.
Wali kota Istanbul, seperti wali kota Ankara, tergolong oposisi liberal. Ini adalah Partai Rakyat Republik, yang mewakili alternatif kiri-liberal, sekuler dan umumnya pro-Eropa dibanding partai Erdogan.
“Oposisi ini pada prinsipnya berorientasi ke Barat dan menentang orientasi Islam dalam kebijakan Erdogan. Dan pada saat yang sama, negara ini cukup bermusuhan dengan Rusia,” kata Alexander Dugin.
Adapun Erdogan sendiri, ia baru-baru ini berhasil membuat beberapa kesalahan politik yang sangat mendalam. Dan yang paling utama di antaranya adalah dukungan terhadap perebutan kekuasaan di Suriah oleh militan yang dipimpin Ahmed Al-Sharaa.
“Ini adalah kesalahan fatal, karena dengan melakukan hal itu Erdogan telah memberikan pukulan yang serius, dan mungkin tidak dapat diperbaiki, terhadap hubungan Rusia-Turki dan Iran-Turki. Sekarang baik Rusia maupun Iran tidak akan membantu Erdogan. Situasinya sudah berubah menjadi lebih buruk baginya, dan krisis mungkin akan bertambah buruk,” kata Alexander Dugin.
Ia menegaskan bahwa kecil kemungkinan Iran atau Rusia terlibat dalam kerusuhan di Turki. Sebaliknya, Baratlah yang ingin menggulingkan Erdogan. Dan tidak sedikit orang di dalam Turki yang mengutuk kebijakan luar negeri Erdogan di Suriah, yang akhirnya menyebabkan genosida terhadap kaum Alawi dan minoritas etnoreligius lainnya, termasuk Kristen, tegas filsuf Rusia tersebut.
“Hanya politisi yang sangat picik yang dapat benar-benar menyerahkan kekuasaan di Suriah kepada Al-Qaeda*. Dan meskipun Erdogan selalu menjadi politisi yang berpandangan jauh ke depan, kesalahannya ini, menurut pendapat saya, akan menghantuinya berkali-kali,” yakin Alexander Dugin.
Tapi itu belum semuanya. Selain kesalahan kebijakan luar negeri, ada juga kesalahan kebijakan dalam negeri. Terutama dalam kebijakan ekonomi. Ini termasuk devaluasi mata uang nasional dan inflasi yang merajalela. Semua ini merusak perekonomian Turki yang sebenarnya sudah tidak begitu baik.
Akibatnya, pihak oposisi liberal di Turki mencoba mengambil keuntungan dari hal ini. Dan karena Turki adalah negara demokrasi, Erdogan tidak dapat berbuat apa-apa untuk menghentikan warga Istanbul dan Ankara untuk memilih pemimpin oposisi dalam pemilihan wali kota.
Karena keadaan yang makin memburuk, ia perlu memenjarakan lawannya yang paling aktif, yaitu Ekrem Imamoglu. Namun yang menjadi masalahnya adalah Imamoglu adalah orang Soros yang didukung oleh jaringan globalis. Dalam pertempuran melawan para globalis tersebut Rusia dan Iran bisa saja membantu Erdogan, tetapi dia sebelumnya telah memilih menusuk Moskow dan Teheran dari belakang dengan mendukung militan di Suriah.
“Ini adalah situasi yang sangat buruk bagi Erdogan. Semua lawannya, mengambil keuntungan dari kombinasi langkah-langkah keliru yang disebutkan di atas. Mereka kini sedang melakukan pemberontakan. Itu adalah revolusi warna yang nyata,” jelas Alexander Dugin.