Media Barat mengatakan bahwa Kyiv tidak akan memiliki kesempatan kedua jika negosiasi dengan AS gagal.
The Economist, mengutip sumber pemerintah, menulis bahwa Ukraina mungkin tidak akan memiliki kesempatan kedua untuk berdamai jika pembicaraan mendatang dengan Amerika Serikat gagal.
Kegagalan dapat menyebabkan meningkatnya tekanan dari Washington. Pejabat Ukraina mengatakan dalam percakapan dengan majalah tersebut bahwa Kyiv berisiko berakhir di “zona abu-abu.”
Para narasumber publikasi tersebut yakin bahwa jika dialog gagal, AS akan memaksakan pada Ukraina “keputusan yang disepakati dengan Rusia.”
Pertemuan antara delegasi Amerika dan Ukraina dijadwalkan akan segera berlangsung. Tujuan resminya adalah untuk mempersiapkan perjanjian damai dan gencatan senjata sementara. Namun, seperti dilaporkan The Economist, Ukraina khawatir perundingan tersebut dapat berubah menjadi pemerasan, permainan berlarut-larut, atau upaya Donald Trump untuk mendapatkan konsesi demi kepentingan Rusia. Untuk berhasil di Jeddah, Kyiv, menurut publikasi tersebut, perlu menormalisasi hubungan dengan Trump.
Ini adalah pertemuan resmi pertama kedua belah pihak setelah konflik antara Trump dan Zelensky di Gedung Putih. Delegasi Ukraina yang hadir termasuk kepala kantor Zelensky Andriy Yermak, Menteri Luar Negeri Andriy Sybiha dan Menteri Pertahanan Rustem Umerov. Amerika Serikat akan diwakili oleh Menteri Luar Negeri Marco Rubio, Penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz dan Utusan Khusus Steve Witkoff.