Partai Pekerja Kurdistan (PKK) telah mengumumkan gencatan senjata dengan Turki setelah lebih dari 40 tahun konflik. Langkah tersebut diambil setelah adanya seruan dari pemimpin kelompok tersebut untuk meletakkan senjata.
Kelompok separatis Kurdi telah mengumumkan gencatan senjata setelah perang 40 tahun melawan Turki setelah pemimpinnya yang dipenjara menyerukan agar kelompok tersebut melucuti senjata dan membubarkan diri, lapor The Observer.
“Kami mendeklarasikan gencatan senjata, yang berlaku mulai hari ini. Tak satu pun unit kami akan melakukan tindakan militer kecuali mereka diserang,” kata komite eksekutif Partai Pekerja Kurdistan (PKK) dalam sebuah pernyataan.
Pernyataan itu menyusul seruan awal minggu ini oleh pendiri PKK yang dipenjara Abdullah Ocalan untuk mengakhiri pemberontakan bersenjata yang telah berlangsung lebih dari 40 tahun di tenggara Turki, Suriah, Irak utara dan negara tetangga Iran. Ocalan sendiri telah ditahan di sebuah pulau di selatan Istanbul sejak ia ditangkap oleh pasukan keamanan Turki di Kenya pada tahun 1999.
“Saya menyerukan agar anda segera meletakkan senjata. Saya bertanggung jawab atas seruan ini,” kata Ocalan dalam surat yang dibacakan kepada kerumunan sekutu yang bersorak di Istanbul. “Semua kelompok harus meletakkan senjata, dan PKK harus bubar.”
Pengumuman tersebut telah bergema di seluruh Timur Tengah. Kelompok tersebut, yang diklasifikasikan sebagai teroris oleh Turki, Amerika Serikat, dan Inggris, menyebut pernyataan Ocalan sebagai bagian dari “proses sejarah baru” di Timur Tengah.
Komite eksekutif organisasi tersebut juga meminta agar Ocalan dibebaskan dari penjara pulau tempat ia dipenjara sehingga ia dapat “secara pribadi memimpin” pertemuan yang akan mendorong para pejuang untuk meletakkan senjata mereka.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga menyebut pesan Ocalan sebagai awal dari fase baru upaya perdamaian, meskipun pemerintahnya secara terbuka menolak anggapan bahwa seruan Ocalan akan diikuti dengan perundingan damai.
“Ada peluang untuk mengambil langkah bersejarah dalam rangka meruntuhkan tembok teror yang berdiri di antara persaudaraan masyarakat Turki dan Kurdi yang telah berusia 1.000 tahun,” katanya.
Perjanjian gencatan senjata antara PKK dan Ankara sebelumnya gagal pada tahun 2015, yang menyebabkan periode serangan brutal dan tindakan keras di Irak utara, Turki, dan Suriah yang telah merenggut ribuan nyawa. Sejak itu, International Crisis Group memperkirakan bahwa 7.152 orang telah tewas dalam bentrokan atau serangan di Turki dan Irak utara, termasuk 646 warga sipil, 1.494 pasukan keamanan Turki, dan 4.786 militan.
Komite Eksekutif PKK menyatakan pihaknya setuju dengan seruan Ocalan, seraya menambahkan bahwa “kami akan sepenuhnya mematuhi dan melaksanakan tuntutan permohonan banding tersebut.”
Di tengah perundingan selama berbulan-bulan yang melibatkan Partai Kesetaraan Rakyat dan Demokrasi (DEM) yang pro-Kurdi di Turki menjelang seruan Ocalan, otoritas Turki telah berhasil menangkap puluhan anggotanya.
Dalam serangkaian serangan fajar di 51 kota Turki bulan lalu, pasukan Turki menahan sedikitnya 282 orang, termasuk anggota DEM, jurnalis, dan akademisi. Menteri Dalam Negeri Ali Yerlikaya menuduh mereka yang ditangkap “merupakan anggota organisasi teroris,” dan kemudian menyebut PKK.
Pernyataan Ocalan tersebut berpotensi berdampak pada pasukan pimpinan Kurdi di timur laut Suriah, yang sedang bernegosiasi dengan pemerintah Suriah mengenai posisi masa depan mereka.