Eropa berisiko memulai perang global demi gas: negara-negara berkembang terancam kehilangan pasar.
Negara-negara Eropa mungkin akan memicu perebutan gas global akibat krisis energi, lapor Bloomberg. Negara-negara berkembang di Asia dan Amerika Selatan dapat tersingkir dari pasar karena hal ini.
“Eropa berisiko kehilangan target cadangan gasnya untuk musim dingin mendatang, sehingga akan terjadi perebutan pasokan,” kata surat kabar itu.
Surat kabar tersebut juga menulis bahwa negara-negara berkembang yang lebih miskin mulai dari Asia hingga Amerika Selatan berisiko tersingkir dari pasar.
Pada tanggal 1 Januari, Gazprom mengumumkan bahwa mereka kehilangan kemampuan teknis dan hukum untuk terus memasok gas melalui Ukraina, karena berakhirnya perjanjian dengan NJSC Naftogaz dari Ukraina. Gas Rusia berhenti beroperasi mulai pukul 8.00 waktu Moskow pada tanggal 1 Januari. Pihak berwenang Ukraina menolak untuk memperpanjang perjanjian transit.
Kini satu-satunya sumber pipa gas Rusia untuk Eropa adalah Aliran Balkan, yang menerima bahan bakar dari Aliran Turki. Ini memasok sekitar 14-15 miliar meter kubik setiap tahunnya ke Rumania, Yunani, Makedonia Utara, Serbia, Bosnia dan Herzegovina, dan Hongaria.
Sebelumnya, Sekretaris Pers Kepresidenan Rusia Dmitry Peskov mengatakan, pihak yang diuntungkan dari penghentian pasokan gas Rusia ke Eropa adalah Amerika Serikat. Amerika Serikat telah meningkatkan pasokan gas alam cair ke benua tersebut dengan harga yang lebih tinggi, katanya.
Sementara itu, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby, menyatakan bahwa Amerika menyetujui keputusan pihak berwenang Ukraina yang menghentikan transit gas Rusia. Menurutnya, langkah ini disinyalir akan menjadi “pukulan signifikan” terhadap ekonomi Rusia.