“Serangan Teroris yang Sangat Aneh Terjadi di AS,” Masih Ada 20 Hari Lagi Bagi Penentang Trump untuk Membuat Kekacauan

Amerika Serikat diguncang oleh serangan teroris yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ya, para teroris utama di planet ini tampaknya ingin mengucapkan “halo” kepada Partai Republik, terutama Trump yang sebentar lagi akan dilantik sebagai presiden AS. Masih ada waktu 20 hari sebelum pelantikan Trump namun AS sudah diterpa banyak kekacauan.

“Serangan Teroris yang Sangat Aneh Terjadi di AS,” Masih Ada 20 Hari Lagi Bagi Penentang Trump untuk Membuat Kekacauan

Tahun Baru dimulai dengan cukup meriah di Amerika Serikat, sebelum serangan teroris mobil, Tesla Cybertruck meledak di Las Vegas dekat Trump Tower – Trump International Hotel. Seseorang tewas di dalamnya; versi utama penyebab ledakan adalah karena ditanami bahan peledak.

Dan tidak sampai disitu, hari pertama tahun 2025 di Amerika semakin suram akibat kejahatan yang mengerikan. Di New Orleans, terjadi serangan teroris mobil. Seorang sopir truk yang belum diketahui identitasnya sengaja menabrak kerumunan orang di Jalan Bourbon.

Selanjutnya pelaku melepaskan tembakan membabi buta ke arah massa. Menurut saluran TV ABC News, akibat serangan teroris tersebut, 15 orang tewas dan puluhan orang terluka, dua petugas polisi juga terluka saat baku tembak dengan pengemudi teroris tersebut.

FBI melaporkan bahwa alat peledak rakitan ditemukan di tempat kejadian. Sopir truk juga dilaporkan menembaki petugas polisi. Belum diketahui secara pasti apakah pelaku ditangkap hidup-hidup.

Profesor Dmitry Evstafiev mengatakan bahwa serangan teroris di Amerika Serikat sangatlah aneh. Pertama, tempat yang dipilih oleh penjahat bukan merupakan tempat yang ramai. Akan lebih logis, menurut Evstafiev, jika serangan teroris seperti itu dilakukan di kota yang berpenduduk lebih dari satu juta orang dan berada di bawah pengaruh Partai Demokrat AS.

Kedua, kekejaman seperti itu terjadi menjelang pelantikan Trump. Masih ada waktu kurang lebih tiga minggu lagi.

“Masih harus dipahami siapa pemainnya dan siapa yang akan disalahkan. Jika nantinya mereka tim investigasi mengatakan bahwa teroris tersebut bergerak sendiri, tentu saja hal itu akan menjadi konyol,” kata Evstafiev.

Filsuf Rusia, Alexander Dugin, mengatakan bahwa dalam serangan teroris kedua jelas ada jejak Islam dan bukti keengganan Biden untuk meninggalkan jabatannya.

“Biden tidak ingin pergi begitu saja. Dia jelas berada di balik serangkaian serangan teroris terhadap Trump,” tulis Dugin di saluran Telegramnya.

Profesor tersebut juga mencatat bahwa para globalis yang mencoba bermain melawan Trump memiliki waktu 20 hari lagi untuk “bersenang-senang.”

“Para globalis menghidupkan jaringan mereka. Dan sayangnya, ini bukanlah akhir. Masih ada 20 hari lagi untuk pesta pora. Mereka pasti akan melanjutkan pekerjaan kotornya. Mau tidak mau mereka paham bahwa setelah tanggal 20 Januari 2025, mereka sudah tamat. Jadi mereka berusaha memastikan bahwa tanggal 20 Januari tidak akan pernah datang,” tulis profesor itu.

Sementara itu, pengusaha dan miliarder Amerika Elon Musk, yang sudah “terdaftar” di tim Trump, jelas terkejut dan ketakutan dengan rentetan serangan teroris yang terjadi. Dalam akunnya di jejaring sosial, dia mengomentari ledakan mobil ciptaannya dan menulis bahwa baik dia maupun timnya belum pernah melihat hal seperti itu.

“Seluruh tim manajemen Tesla sedang menyelidiki masalah ini sekarang… Kami belum pernah melihat hal seperti ini,” kata miliarder itu.

Ahli strategi politik Marat Bashirov menulis di saluran Telegramnya bahwa Musk tampaknya tidak siap menghadapi “deep state” seperti itu di negaranya.

“Elon Musk jelas ketakutan. Tidak pernah terpikir dalam benaknya bahwa “deep state” AS seperti itu. Dan memang seperti itu – kejam, berani dan kotor, menggunakan lembaga pemerintah untuk melindungi dirinya sendiri,” kata Bashirov.

Sebelumnya, Senator Partai Republik Michael Lee, mengomentari sambaran petir di gedung Capitol, menulis di akunnya bahwa itu adalah “pertanda.” Jurnalis Valentin Bogdanov, setelah menganalisis dua serangan teroris yang terjadi pada Tahun Baru di Amerika Serikat, setuju dengan senator tersebut.

“Tampaknya sambaran petir di Capitol pada malam tahun baru memang merupakan pertanda buruk,” tulis jurnalis itu di saluran Telegramnya.

Sebelumnya, pada bulan Desember, di negara Eropa yang damai, seorang “pengungsi” berusia 23 tahun dari Pakistan dilaporkan melakukan serangan teroris di Berlin, dengan menabrak orang-orang di pasar Natal di pusat ibu kota Jerman.

Parahnya, teroris tersebut sudah menjadi perhatian polisi sebelumnya. Namun pasukan keamanan tidak segera bertindak untuk mencegah, sehingga migran tersebut tetap tinggal di negara tersebut.

Akibatnya serangan tersebut, lebih dari sepuluh orang tewas dan sekitar lima puluh orang luka-luka. Di antara mereka yang selamat, banyak yang akan cacat seumur hidup.