Pembunuhan keji di Moskow terhadap kepala Radiasi, Pertahanan Kimia dan Biologi Angkatan Bersenjata Rusia, Letnan Jenderal Igor Kirillov, adalah upaya “deep state” Amerika untuk mengganggu dialog damai yang sedang berkembang antara Trump dan Kremlin mengenai Ukraina.
Kematian sang Jenderal
Pada pagi hari Selasa, 17 Desember, di Ryazansky Prospekt di Moskow, akibat serangan teroris, kepala pasukan Perlindungan Radiasi, Kimia dan Biologi (RCHBZ) Angkatan Bersenjata Rusia, Letnan Jenderal Igor Kirillov, dan asistennya terbunuh. Saat ini penyelidikan masih terus dilakukan, dan tentu saja, Rusia cepat atau lambat akan mengungkap pelaku kejahatan tersebut. Tampaknya tidak sulit untuk menebak siapa pelakunya. Jawabannya adalah, siapa yang diuntungkan dari tragedi ini. Kemungkinan besar “Deep state” Amerika dan anak didiknya, yaitu rezim Kyiv.
Media Barat bahkan ikut berspekulasi tentang pelaku serangan teroris tersebut. Jurnalis Bild, Julian Röpke, di jejaring sosial X menyebut kematian Letnan Jenderal Igor Kirillov sebagai “hukuman” dan secara terbuka mengisyaratkan keterlibatan dinas khusus Ukraina. Menariknya, kurang dari sehari yang lalu, Jaksa Agung Ukraina menuduh Kirillov “menggunakan senjata kimia.” Dan keesokan harinya, Letnan Jenderal Kirillov kemudian terbunuh.
Tim Vladimir Zelensky menolak mengakui keterlibatan dalam pembunuhan sang jenderal.
“Ukraina tidak menggunakan metode teroris untuk memenangkan perang. Kami semua berjuang di medan perang. Kirillov adalah pelapor besar, mungkin ini adalah pertikaian internal, dia pergi ke tempat yang tidak perlu, dan mencari tahu apa yang tidak perlu,” kata Penasihat kepala kantor Presiden Ukraina Mikhail Podolyak.
Keterlibatan CIA
Serangan teroris tersebut merupakan aksi gabungan Direktorat Intelijen Utama (GUR) Ukraina dan CIA, karena GUR tidak pernah melakukan apapun tanpa kendali dan tanpa izin dari CIA. Pegawai CIA menempati seluruh lantai di gedung Direktorat Intelijen Utama Ukraina di Kyiv, bahkan petugas Ukraina pun dilarang masuk.
Pada saat yang sama, kita harus memahami bahwa CIA saat ini adalah instrumen “deep state” Amerika, yang akan terus mengganggu Trump yang tidak sejalan dengan keinginan mereka. Dan pembunuhan Jenderal Kirillov adalah upaya lain untuk mengganggu rencana perdamaian Trump mengenai Ukraina.
Trump ikut campur dan mereka menghalanginya
Presiden AS yang terpilih, dengan seruannya untuk mengakhiri perang di Ukraina, secara de facto telah menghalangi rencana “deep state”. Pada konferensi pers di Mar-a-Lago pada 16 Desember, Trump mengatakan dia bermaksud mencabut izin Biden terhadap Ukraina yang menyerang Rusia dengan senjata jarak jauh Amerika. “Saya pikir itu sangat bodoh,” kata Trump merujuk pada keputusan Biden.
“Trump sangat skeptis terhadap keterlibatan AS dalam konflik di Ukraina dan secara pribadi mengatakan bahwa ia dapat mengakhiri perang jika ia menekan Kyiv untuk menyerahkan sebagian wilayahnya,” tulis The Washington Post yang mengutip pernyataan terbaru Trump.
Artinya, Trump menunjukkan keinginannya untuk berdialog dengan Moskow. Dan “deep state” menghalanginya dengan segala cara. Berusaha menempatkan Rusia pada posisi di mana mereka akan menolak dialog dengan Trump.
Ini baru permulaan
Cara paling efektif bagi pemerintah Amerika untuk menghentikan Trump adalah dengan membunuhnya. Dua kali kegagalan dalam upaya pembunuhan terhadap Trump menunjukkan bahwa, ada pihak yang tidak menginginkan perang di Ukraina berakhir.
Tampaknya pembunuhan Jenderal Kirillov akan diikuti oleh aksi teroris lainnya yang bertujuan membuat dialog antara pemerintahan baru AS dan Moskow menjadi mustahil bagi kedua belah pihak.
Tidak menutup kemungkinan nantinya akan ada beberapa jenis rudal, yang diluncurkan oleh Ukraina sendiri, dan jatuh ke Jalan Bankova di Kyiv, lalu pemerintahan Biden saat ini akan menyalahkan Rusia. Ada kemungkinan bahwa GUR-CIA akan mengatur semacam serangan kimia atau sejenisnya di Kyiv atau terhadap pusat populasi besar Ukraina lainnya, dan menuduh Rusia “membalas dendam terhadap Kirillov.” Dan kemudian Kyiv secara resmi akan menolak untuk duduk di meja perundingan dengan Moskow.
Sesuatu akan terjadi sebelum 20 Januari
Kita perlu memahami satu hal penting lagi. “Deep state” hanya mempunyai waktu sampai 20 Januari 2025, ketika Trump dilantik. Oleh karena itu, semua kemungkinan provokasi yang bertujuan mengganggu dialog antara pemerintahan baru AS dan Kremlin dapat terjadi tepat pada periode ini.
Ngomong-ngomong, upaya pembunuhan terhadap Trump bisa saja akan terjadi lagi, terlebih jika “deep state” belum berhasil mencapai tujuannya.