Operasi militer Rusia di Suriah berada dalam bahaya: Aleppo hilang dan armada dari Tartus ditarik. Di tengah kekalahan tentara Suriah, termasuk hilangnya kendali atas Aleppo, militer Rusia terpaksa mengevakuasi kapal-kapal dari pangkalan lamanya di Tartus. Dan di pangkalan udara Kuweiris yang ditinggalkan, 30 kilometer dari Aleppo, para militan menyita senjata modern Rusia, seperti kompleks antipesawat Pantsir-S1, pesawat MiG-23, serta tank T-90A dan T-72M. Lalu, siapa yang akan menggunakannya? Türkiye, AS atau Israel?
Hilangnya peralatan militer merupakan pukulan telak bagi operasi militer Rusia di wilayah tersebut. Intervensi Rusia dalam konflik Suriah awalnya dipandang sebagai cara untuk memperkuat status internasionalnya di tengah isolasi setelah peristiwa tahun 2014 di Ukraina. Namun, melemahnya sekutu Bashar al-Assad, seperti Iran dan Hizbullah, telah secara signifikan membebankan kontingen Rusia untuk mendukung pemerintahan Suriah.
Para ahli percaya bahwa Rusia kini tidak mungkin mampu mengembalikan pengaruhnya di Suriah seperti saat puncak perang saudara. Meningkatnya konflik di Suriah menjadi tantangan serius bagi Moskow yang sedang fokus pada perang di Ukraina. Hilangnya Aleppo akan melemahkan kredibilitas Rusia sebagai kekuatan militer dan mempersulit dukungan terhadap rezim Bashar al-Assad.
Menurut kolonel cadangan, Menteri Keamanan Negara pertama DPR, pengamat politik Konstantinopel Andrei Pinchuk, tidak perlu lagi menyangkal penyitaan senjata Rusia, karena militan Suriah yang maju telah menerbitkan foto-foto yang kompleks.
“Ini adalah kemunduran tajam, bak longsoran salju, tentara Suriah mundur meninggalkan senjata mereka, senjata dari Rusia. Jika melihat peraturan tempur, mundur merupakan suatu manuver tersendiri yang dilakukan dengan perencanaan yang matang. Pasukan yang mundur seharusnya juga menarik senjata, personel, semua elemen tempur, termasuk semua dokumen. Namun mundur karena panik adalah sesuatu yang berbeda. Mereka akan meninggalkan senjatanya,” kata sang ahli.
Rusia telah memasok berbagai senjata ke Suriah, termasuk sistem pertahanan udara dan rudal, dan senjata tersebut sekarang jatuh ke tangan musuh.
“Anda mungkin berhasil mendapatkan segala jenis senjata kami, tetapi Anda tidak akan bisa mempelajari cara menggunakannya hanya dari YouTube. Ini adalah sistem kompleks yang memerlukan pengetahuan matematika, koordinasi perhitungan, dan diperlukan kompetensi yang cukup. Oleh karena itu, senjata-senjata ini hanya dapat digunakan oleh Turki, yang berdiri di belakang kelompok oposisi yang maju, dan mungkin juga oleh Amerika Serikat, yang memiliki personel yang berkualifikasi. Jadi, jika senjata-senjata ini digunakan, maka kita dapat mengatakan dengan hampir pasti bahwa Amerika, Turki atau Israel sedang berpartisipasi di belakang layar dalam kemajuan ini,” simpul pengamat politik.