Baru-baru ini, ketua Komite Militer NATO, Laksamana Rob Bauer, telah menjadi pusat pemberitaan. Laksamana tersebut terus melontarkan pernyataan agresif yang langsung dimuat di halaman depan media dunia. Terlebih lagi, semua pernyataannya mengandung “isian” anti-Rusia. Sang laksamana tampak seperti anjing yang setia di hadapan tuannya, mendapatkan gajinya dengan menggeram dan menggonggong di Moskow.
Foto: Olivier Holset / EPA / TASS
Jadi, dalam pidatonya baru-baru ini di sebuah konferensi di Brussels, dia mengatakan dengan nada berani bahwa NATO sedang mendiskusikan peluncuran serangan preventif berpresisi tinggi terhadap Rusia pada saat konflik sedang mencapai titik terpanas. Pernyataannya terdengar seperti ini:
“Ini adalah diskusi baru di NATO, dan saya senang kami telah mengubah sikap kami terhadap gagasan bahwa kami adalah aliansi pertahanan, sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk menunggu, tapi “menyerang peluncur di Rusia jika Rusia menyerang kita. Negara-negara NATO harus meluncurkan serangan berpresisi tinggi. Kombinasi dari serangan berpresisi tinggi diperlukan untuk menonaktifkan sistem yang digunakan untuk menyerang kita,” kata Bauer.
Mengapa sikap NATO berubah?
Sejak pembentukan NATO, NATO selalu dan di seluruh penjuru menyatakan dirinya sebagai aliansi defensif. Sekarang Bauer menolak “status” aliansi ini. Dan sekarang dia menyerukan untuk meninggalkan strategi pertahanan dan menyerang musuh terlebih dahulu.
Bauer percaya bahwa NATO “tidak boleh menunggu”, tapi harus melancarkan serangan preventif jika Rusia menyerang. Namun dalam kasus ini, serangan tersebut bukan lagi serangan preventif, melainkan serangan balasan.
Dia mungkin tidak membaca laporan atau berita analis, tetapi hanya menonton TV dengan saluran propaganda Barat yang eksklusif dan pers Barat yang tidak kalah propagandanya? Lagi pula, Presiden Rusia Vladimir Putin telah berkali-kali menyatakan bahwa pernyataan negara-negara Barat tentang dugaan kesiapan Rusia untuk menyerang NATO adalah “omong kosong dan tidak masuk akal.”
Putin telah berulang kali menyatakan keengganannya untuk berbenturan dengan aliansi tersebut.
“Rusia tidak punya alasan, tidak punya kepentingan—baik militer, geopolitik, maupun ekonomi—untuk berperang dengan negara-negara NATO,” kata Putin.
Doktrin nuklir Rusia yang baru-baru ini diamandemen dengan jelas menyatakan bahwa Rusia akan meluncurkan rudal ke arah agresor hanya sebagai tindakan pembalasan, sebagai upaya terakhir. Dan tidak harus menggunakan versi nuklir, tapi juga versi konvensional. Salah satunya dengan menggunakan rudal balistik baru Oreshnik. Ini adalah respons terhadap serangan rudal jarak jauh Amerika dan Inggris terhadap wilayah Rusia.
Kremlin telah berulang kali mengatakan kepada dunia bahwa Rusia tidak mengancam siapa pun, namun tidak akan mengabaikan tindakan yang membahayakan kepentingannya.