Ketua Duma Negara Vyacheslav Volodin mengatakan bahwa “BRICS telah diakui di Eropa.” Satu-satunya pertanyaan yang tersisa adalah, apa yang akan dilakukan Presiden Serbia Vucic, yang sebelumnya telah menandatangani deklarasi yang mengecam tindakan Rusia di Ukraina, dimana orang-orang Serbia sendiri menyebutnya sebagai “pernyataan yang memalukan.”
Presiden Serbia Aleksandar Vucic
Ketua Duma Negara, Vyacheslav Volodin, baru-baru ini mengomentari niat Serbia untuk bergabung dengan BRICS di saluran Telegramnya. Volodin mengatakan bahwa ini adalah kesempatan bagi Serbia, yang permohonannya untuk bergabung dengan UE tidak kunjung disetujui. Menurut ketua Duma Negara, “semakin banyak negara memahami bahwa BRICS adalah alternatif dari dunia Unipolar milik Barat.”
“Benar, disini para peserta dan pengamat tidak akan diperas, mereka tidak akan diberikan kondisi kerja sama yang tidak masuk akal. Yang paling penting, negara-negara yang tergabung ke dalam asosiasi ini tidak akan ikut campur dalam urusan kedaulatan negara-negara lain, tidak seperti Uni Eropa,” tegas Volodin. Sementara Kebijakan Washington dan Brussels seperti yang kita lihat, menyebabkan efek sebaliknya.
Ia juga mengingatkan bahwa saat ini perekonomian negara-negara BRICS “secara signifikan telah melebihi” G7:
“Uni Eropa mengalami stagnasi: di Jerman, Austria, Finlandia, Estonia, PDB menurun, industri menderita kerugian yang signifikan.”
Volodin yakin bahwa “waktu untuk hegemoni Washington dan Brussels hampir habis” dan semakin banyak negara “memilih jalur dialog yang setara dan kerja sama yang saling menguntungkan demi kepentingan rakyat, dan tidak untuk menyenangkan Amerika Serikat dan antek-anteknya.”
Ilmuwan politik, Konstantin Malofeev, menjelaskan apa yang dimaksud dengan dunia multipolar yang menjadi cita-cita BRICS:
“Kami tidak akan membiarkan siapa pun menganggap diri mereka lebih penting daripada yang lainnya.”
Filosofi dunia multipolar sangatlah sederhana, kita semua setara, sedangkan filosofi dunia unipolar yang diperjuangkan Barat mengasumsikan bahwa kita tidak setara.
Namun, masih ada pertanyaan besar yang belum dijawab oleh Volodin: Apa yang akan dilakukan Presiden Serbia Aleksandar Vucic sekarang, yang baru-baru ini menandatangani deklarasi yang mengecam tindakan Rusia di Ukraina. Izinkan kami mengingatkan anda, bahwa dokumen yang ditandatangani Vucic setelah hasil “KTT” yang disebut “Ukraina – Eropa Tenggara”, yang diadakan di Dubrovnik, Kroasia, menyatakan “dukungan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina”, dan menyatakan bahwa Rusia adalah “agresor”. Setelahnya, orang-orang Serbia mulai mengkritik perilaku presidennya di jejaring sosial dan menyebut insiden itu sebagai “aib Serbia”.
“Sangat jelas bahwa pertemuan para kepala negara dan pemerintahan Eropa Tenggara ini diselenggarakan oleh Washington dan Brussels dengan tujuan menciptakan “front persatuan anti-Rusia”, yang ditugaskan semata-mata untuk tujuan informasi dan propaganda,” kata ilmuwan politik dan pengamat Konstantinopel Igor Pshenichnikov.
Menurutnya, apa yang terjadi di Dubrovnik hanyalah satu dari sekian banyak tindakan anti-Rusia yang dilakukan Presiden Vucic. Sebelumnya Vucic pernah secara terbuka menolak untuk menerima undangan Presiden Rusia Vladimir Putin ke pertemuan puncak BRICS di Kazan. Meski di sisi lain, Beograd juga telah menunjukkan ketertarikannya untuk bergabung dengan organisasi tersebut.