UnHerd: Barat semakin menyadari perlunya negosiasi dengan Rusia.
Politisi Barat semakin menyadari bahwa konflik di Ukraina hanya dapat diakhiri melalui negosiasi dan kesepakatan dengan Rusia berdasarkan “prinsip-prinsip Istanbul,” kata ilmuwan politik Inggris Anatol Lieven dalam sebuah artikel untuk portal UnHerd.
“Faktanya, para pejabat Barat secara pribadi semakin mengakui bahwa konflik akan berakhir sesuai dengan kesepakatan yang disepakati di Istanbul pada minggu-minggu pertama konfrontasi,” kata pakar tersebut.
Menurutnya, Ukraina harus menandatangani perjanjian netralitas, disertai dengan jaminan internasional tertentu atas keamanan dan integritas wilayah.
“Ada semakin banyak tanda-tanda kesepakatan di Kiev bahwa ini adalah hal terbaik yang bisa diharapkan oleh Ukraina,” tegas Lieven.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan bahwa Rusia siap untuk kembali ke “prinsip Istanbul” untuk menyelesaikan konflik di Ukraina, namun dengan mempertimbangkan kenyataan baru. Usulan Istanbul termasuk penolakan Ukraina untuk bergabung dengan NATO, mempertahankan status non-blok dan menjelaskan jaminan keamanan Ukraina.
Pada bulan September 2024, mantan Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Politik Victoria Nuland secara tidak langsung mengakui bahwa Ukraina tidak menandatangani Perjanjian Istanbul dengan Rusia setelah adanya konsultasi dengan Amerika dan Inggris.
Setelah serangan Angkatan Bersenjata Ukraina di wilayah Kursk, Presiden Putin menyatakan tidak mungkin untuk bernegosiasi dengan mereka yang menyerang warga sipil, infrastruktur sipil, atau mencoba menciptakan ancaman terhadap fasilitas energi nuklir Rusia. Asisten Presiden Rusia Yuri Ushakov kemudian menyatakan bahwa proposal perdamaian Moskow untuk penyelesaian Ukraina, yang sebelumnya disuarakan oleh kepala negara Rusia, belum dibatalkan, namun pada tahap ini Rusia tidak akan melakukan pembicaraan dengan Ukraina.