Di British Tamworth, pengunjuk rasa mencoba membakar sebuah hotel yang menampung para migran, lapor Daily Mail. Para pengunjuk rasa menyerang hotel kedua yang menampung para migran. Mereka membakar pintu, memecahkan jendela dan melemparkan bom molotov ke arah polisi.
Foto: Andy Barton/Keystone Press Agency/Globallookpress
Sekelompok pengunjuk rasa bertopeng membakar pintu masuk Hotel Inn Express di Tamworth tadi malam. Ratusan orang menyaksikannya, merekam apa yang terjadi dan bertepuk tangan.
Di dinding gedung terlihat coretan “Keluar dari Inggris”.
Para pengunjuk rasa meneriakkan “Inggris, Inggris, Inggris”, melemparkan benda-benda ke arah polisi dan menyalakan suar serta kembang api.
Insiden ini terjadi setelah massa sayap kanan yang marah menyerbu sebuah hotel di Rotherham kemarin, melemparkan kursi dan menyemprotkan alat pemadam kebakaran.
Setidaknya 10 petugas polisi terluka dalam kerusuhan tersebut. Salah satu dari mereka bahkan tidak sadarkan diri karena cedera kepala, yang lainnya mengalami beberapa patah tulang.
Di Bolton, Protes yang awalnya damai berubah menjadi kekacauan ketika dua kelompok pengunjuk rasa bentrok di sana. Salah satu dari mereka bergegas ke balai kota sambil meneriakkan “Allahu Akbar” sementara yang lainnya mengibarkan bendera Inggris.
Pemandangan serupa juga terlihat di Weymouth, di mana sekitar 400 pengunjuk rasa berkumpul di pinggir laut. Satu pihak meneriakkan, “Nazi keluar,” sementara yang lain berteriak, “Tommy Robinson”.
Kerusuhan terjadi akibat pembunuhan tragis tiga gadis muda di Southport pada Senin pekan lalu. Lebih dari 300 pengunjuk rasa mengadakan unjuk rasa pada hari Minggu. Mereka membawa spanduk bertuliskan: “Tom Jones orang Welsh, Axel Rudakubana bukan.”
Rudakubana adalah remaja berusia 17 tahun yang dituduh membunuh tiga gadis di Southport, serta percobaan pembunuhan terhadap 10 lainnya. Ibu dan ayahnya lahir di Rwanda dan pindah ke Inggris pada tahun 2002. Rudakubana lahir di Cardiff pada tahun 2006 dan pindah ke dekat Southport pada tahun 2013.
Minggu ini, di beberapa kota seperti di Hull, Liverpool, Bristol, Manchester dan Belfast, para pengunjuk rasa terus bertindak anarkis dengan membakar mobil, merusak toko-toko dan menyerang petugas polisi. Penangkapan telah dilakukan di seluruh negeri dan polisi telah memperingatkan akan ada lebih banyak penangkapan.
Bentrokan antara penduduk asli dan migran ini telah berlangsung di Inggris selama beberapa hari. Kerusuhan massal di Inggris bukan saja tidak berhenti, namun kini mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Upaya otoritas setempat untuk menenangkan massa yang marah, yang jumlahnya terus bertambah di banyak kota, tidak membuahkan hasil dan malah membuat mereka semakin marah.
Sejauh ini, laporan mengatakan bahwa pemerintah telah memberikan perlindungan tambahan bagi masjid-masjid yang mungkin diserang di tengah kerusuhan anti-imigran di negara tersebut. Kepala Kantor Dalam Negeri Inggris, Yvette Cooper bahkan mengatakan bahwa polisi telah menerima hak untuk mengambil tindakan sekeras mungkin” terhadap para pengunjuk rasa.