Selama kerusuhan di Inggris, pengunjuk rasa mencoba membakar gedung hotel yang diduga merupakan tempat tinggal para migran. Lapor Daily Mail.
Menurut pemberitaan media, ratusan pengunjuk rasa berkumpul di luar Holiday Inn Express di Tamworth, setelah itu sekelompok pengunjuk rasa mulai melemparkan benda yang ke arah pintu masuk hotel yang terdapat banyak orang.
Surat kabar tersebut mengatakan bahwa para demonstran juga melemparkan bom molotov ke arah petugas penegak hukum. Akibatnya, satu petugas polisi terluka dalam protes tersebut. Polisi melaporkan bahwa kerusuhan dapat diredam.
Asisten Kepala Polisi Stuart Ellison mengatakan bahwa aksi seperti itu “tidak bisa dimaafkan.”
“Kekerasan yang tidak masuk akal dan tindakan gangsterisme yang menjijikkan di Tamworth malam ini benar-benar tidak dapat dimaafkan. Mereka tidak pantas menjadi sasaran perilaku ini, begitu pula petugas pemberani yang menempatkan diri mereka dalam bahaya demi menjaga keamanan semua orang,” kata Ellison dalam sebuah pernyataan.
Sebelumnya, pada tanggal 29 Juli, di Southport Inggris, seorang remaja berusia 17 tahun secara membabi buta menyerang anak-anak yang datang ke kelas master yoga dan tari dengan pisau. Dua gadis meninggal di tempat, yang ketiga meninggal di rumah sakit keesokan harinya. Kondisi lima anak lainnya dan dua orang dewasa dilaporkan kritis.
Setelah tragedi tersebut, protes dimulai di beberapa kota di Inggris. Ketidakpuasan masyarakat mulai berkobar ketika muncul informasi di jejaring sosial bahwa penyerang adalah seorang pengungsi. Polisi membantah informasi tersebut dan mengatakan bahwa pembunuhnya lahir di Inggris.
Kerusuhan yang terjadi di Inggris dalam beberapa hari terakhir ini disebut-sebut sebagai kerusuhan terbesar dalam 13 tahun terakhir.