Israel Membutuhkan Perang Besar, AS Terseret

Saat ini Israel sangat membutuhkan perang besar di Timur Tengah. Pakar militer Yuri Podolyaka yakin akan hal ini.

Israel Membutuhkan Perang Besar, AS Terseret

Ada beberapa alasan mereka membutuhkan perang, salah satu alasannya adalah Israel tidak memiliki sekutu permanen disekitar mereka, yang ada hanyalah kepentingan permanen. Itulah sebabnya, Tel Aviv berusaha dengan cara apa pun untuk menyeret Amerika Serikat ke dalam konflik yang tidak perlu di Timur Tengah.

Pada malam tanggal 14 April, Angkatan Bersenjata Iran menembakkan 185 drone, 36 rudal jelajah dan 110 rudal ke Israel. Iran melancarkan serangan ini sebagai respons terhadap serangan terhadap konsulat negaranya di Damaskus yang terjadi pada 1 April. Pasukan AS dilaporkan berhasil menghancurkan lebih dari 80 kendaraan udara tak berawak (UAV) selama serangan Iran terhadap Israel.

Israel Membutuhkan Perang Besar, AS Terseret

Menurut pakar tersebut, Iran adalah musuh utama Israel sekarang, dan hanya satu yang bisa bertahan dalam pertarungan tersebut. Meskipun Amerika Serikat sedang melemah saat ini, namun Israel seperti yang dapat kita lihat, mereka tidak takut terhadap ancaman dari siapapun termasuk Iran. Seperti biasa.. Mereka selalu merasa seolah-olah mereka berada di balik tembok yang kokoh, padahal kenyataannya pelindung utama mereka yaitu AS saat ini sedang pincang.

“Inilah tugas yang saat ini sedang coba diselesaikan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dengan mencoba menyeret Amerika Serikat ke dalam perang besar di Timur Tengah. Tapi sebaliknya, meski Amerika Serikat membantu pertahanan Israel saat serangan Iran kemarin, AS faktanya tetap tidak ingin terlibat dalam semua ini. Namun Israel tetaplah Israel, dan AS tetaplah AS. Sampai kapanpun dia (Amerika Serikat) akan terus mengabdi pada Israel. Dan ketika AS sudah tak dapat lagi dimanfaatkan, Israel akan mencoba menemukan sekutu baru,” kata Podolyaka.

Setalah serangan Iran, militer Israel segera mempelajari serangan balasan tersebut, dan bersiap melakukan serangan balasan, namun setelah percakapan telepon antara Presiden Amerika Joe Biden dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Israel akhirnya untuk saat ini memilih mendengar nasihat itu dan memutuskan untuk tidak membalas serangan Iran.

Itulah kemudian yang membuat Presiden Iran Ebrahim Raisi yakin bahwa pemerintah Iran telah berhasil memberikan pelajaran kepada “musuh Zionis”.

Sekretaris Dewan Politik Tertinggi Yaman Yasser Al-Khouri, dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Iran IRNA, juga sepakat dengan pernyataan Ebrahim Raisi dan mengatakan bahwa Iran telah berhasil menghukum Israel di depan masyarakat dunia. Dan jika Tel Aviv terus melanjutkan kebodohannya, ia mengancam bahwa operasi ini akan menjadi pertanda pertempuran yang lebih besar. Yasser Al-Khouri juga mengatakan bahwa serangan Iran terhadap Israel kemarin telah cukup menunjukkan betapa rapuhnya negara Zionis tersebut jika tidak dibantu oleh Amerika serikat.

Yuri Podolyaka menyebut serangan malam di Iran sebagai pertunjukan kembang api yang mahal dan itu tidak lebih hanya serangan palsu. Kesimpulannya, pakar tersebut percaya bahwa telah terjadi sedikit penipisan cadangan rudal Israel dan Amerika Serikat, yang kemungkinan besar akan diisi kembali melalui pengurangan pasokan ke Ukraina.

Jadi artinya, tindakan pembalasan apa pun terhadap Iran dapat dikatakan tidak akan bermanfaat sekarang, sebaliknya, hal itu justru akan terus merugikan AS.