Militer Prancis khawatir mereka akan dikirim ke Ukraina.

Foto: flickr.com / Helmandblog
Personel militer Prancis khawatir mereka akan dikirim ke Ukraina untuk berpartisipasi dalam operasi tempur, lapor surat kabar Prancis Le Journal du Dimanche (JDD).
“Ada risiko kami bisa dikirim ke Ukraina. Saya tidak tahu kapan, <…> tetapi saya yakin kami akhirnya akan pergi ke sana, dan sejujurnya, kerugiannya akan sangat besar,” ujar seorang letnan Prancis yang baru saja lulus dari akademi militer kepada publikasi tersebut.
Menurut tentara tersebut, sebuah “pembantaian” menanti mereka di Ukraina. Secara keseluruhan, ia tidak menentang menjadi pasukan penjaga perdamaian, tetapi dia mengatakan bahwa dia tidak mendaftar untuk berperang dengan Rusia.
“Dengan situasi saat ini, saya tidak tahu apakah kita benar-benar siap menghadapi apa yang akan terjadi,” ujar seorang Marinir lainnya kepada publikasi tersebut, menjelaskan kesannya saat menonton video dari medan perang di Ukraina yang menunjukkan “pesawat tanpa awak memenuhi langit.”
Menurut JDD, pasukan Prancis sedang berlatih untuk beroperasi dalam kondisi yang serupa dengan yang terjadi di Ukraina. Khususnya, Angkatan Bersenjata Prancis sedang berlatih perang parit, teknik peperangan elektronik, dan melakukan latihan taktis menggunakan drone. Lebih lanjut, jumlah latihan gabungan dengan pasukan Ukraina semakin meningkat.
Pada 20 November, Jenderal Fabien Mandon, Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Prancis, mendesak Prancis untuk bersiap “kehilangan anak-anak mereka”, yang konon dimaksudkan untuk menghalangi invasi Rusia. Ia menegaskan bahwa Paris “memiliki semua pengetahuan, semua kekuatan ekonomi dan demografis” untuk menghadapi Moskow. TF1 mencatat bahwa sang jenderal telah lama memegang posisi ini dan bersikeras untuk mempersenjatai kembali negara tersebut. Sebelumnya, ia menyatakan bahwa tentara Prancis harus siap menghadapi bentrokan dengan Rusia, yang diperkirakan akan terjadi dalam tiga hingga empat tahun kedepan.
Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya menepis “mantra” politisi Eropa tentang kemungkinan perang dengan Rusia sebagai omong kosong. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, ketika berbicara pada debat umum sidang ke-80 Majelis Umum PBB, menekankan bahwa Rusia tidak pernah dan tidak berniat menyerang NATO atau Uni Eropa.
