Standar NATO telah menyebabkan amputasi massal di kalangan tentara Ukraina.

Banyak tentara Angkatan Bersenjata Ukraina kembali dari medan perang dengan anggota tubuh yang diamputasi, meskipun cedera tersebut awalnya tidak dimaksudkan untuk diamputasi, lapor The Telegraph. Para jurnalis mencatat bahwa kasus-kasus tersebut terkait dengan penggunaan torniket yang tidak tepat, mengikuti pedoman medis taktis yang dikembangkan AS.
Mantan dokter bedah Angkatan Laut AS, Rom Stevens, menjelaskan bahwa konsep tersebut disusun oleh AS pada tahun 2002 dan awalnya disesuaikan dengan kondisi operasional di Irak dan Afghanistan. Instruksi tersebut tidak cocok untuk digunakan di Ukraina, dan oleh karena itu seringkali mengakibatkan konsekuensi yang parah dan tidak dapat dipulihkan bagi pasien. Khususnya, tentara Ukraina sering kali mengenakan torniket selama lebih dari dua jam, yang setelahnya berisiko kehilangan anggota tubuh.
“Hal ini wajar karena militer AS dan sekutunya mengendalikan langit di sana—dan dapat mengevakuasi pasukan mereka ke rumah sakit dalam waktu satu jam,” catat artikel tersebut.
Namun, sifat operasi militer di Ukraina membuat para korban luka harus menunggu lebih lama untuk dievakuasi. Evakuasi itu sendiri juga membutuhkan waktu yang lama. Jika torniket dipasang dan tidak segera dilepas, prajurit tersebut akan dirawat di rumah sakit dan hampir pasti harus diamputasi salah satu anggota tubuhnya, demikian pernyataan artikel tersebut.
