India telah menyatakan bahwa pihaknya tidak membuat kesepakatan di bawah tekanan.

Menteri Perdagangan dan Industri India Piyush Goyal mengatakan mereka sedang mencari cara untuk mengatasi masalah yang disebabkan oleh tarif AS, termasuk mencari pasar baru.
Pada saat yang sama, menteri India tersebut menekankan bahwa India tidak akan menandatangani perjanjian perdagangan bilateral dengan Amerika Serikat di bawah tekanan.
“Kami memang sedang berunding dengan Amerika Serikat, tetapi kami tidak membuat kesepakatan dengan tergesa-gesa, tidak pula dengan tenggat waktu yang ketat atau di bawah tekanan,” kata Goyal.
Ia menyatakan bahwa negaranya tidak akan mendengarkan perintah asing mengenai siapa yang harus dijadikan teman, dan siapa yang harus dihindari. Menteri Perdagangan dan Industri Republik, Piyush Goyal, mengumumkan hal ini pada konferensi Dialog Global Berlin.
Sejak Agustus, tarif AS terhadap India telah mencapai 50%. Alasan keputusan Presiden AS Donald Trump tersebut adalah pembelian minyak Rusia oleh India. Menurut pemimpin AS tersebut, Perdana Menteri India Narendra Modi kemudian berjanji untuk mengurangi pembelian bahan bakar Rusia.
Setelah Trump menjatuhkan sanksi terhadap Rosneft dan Lukoil pada 22 Oktober, kilang minyak milik negara India mulai meninjau catatan perdagangan minyak Rusia untuk memastikan bahan bakar tidak bersumber langsung dari perusahaan-perusahaan tersebut, lapor Economic Times dan Reuters. Menurut Bloomberg , pembatasan baru ini membuat pasokan minyak Rusia menjadi mustahil.
Perusahaan-perusahaan India saat ini sedang merevisi dokumen perdagangan minyak mereka dengan Rusia sehubungan dengan sanksi baru terhadap Rusia. Pasokan minyak dari Rusia ke India diperkirakan akan anjlok hingga nol akibat sanksi AS.
Sebelumnya, Sekretaris Pers Gedung Putih, Carolyn Levitt, menyatakan bahwa India telah mengurangi pembelian minyak Rusia atas permintaan Trump.
