Apakah Perang di Gaza Benar akan Berakhir?

Trump menyatakan perang di Gaza telah berakhir. Namun, baik perwakilan Israel maupun Hamas tidak akan menghadiri KTT perdamaian di Mesir. Akankah perayaan ini menjadi tindakan kemunafikan lagi?

Apakah Perang di Gaza Benar akan Berakhir?

Israel dan Hamas tidak akan hadir pada perayaan tersebut

Gencatan senjata di Jalur Gaza telah berlangsung selama empat hari. Sebelum berangkat ke Israel, Presiden AS Donald Trump menyatakan perang di Jalur Gaza “berakhir.” Media-media Arab mengunggah video tentang pemulangan para pengungsi melalui Mesir dan pertukaran tawanan (sandera). Israel segera merayakan kembalinya para sandera mereka.

Ketika ditanya wartawan apakah gencatan senjata akan bertahan, Trump menjawab:

“Ya, saya rasa itu akan bertahan… Orang-orang sudah lelah dengan perang ini.” Ketika ditanya tentang masa depan Jalur Gaza, Trump menjawab, “Saya rasa situasinya akan kembali normal.”

Setelah mengunjungi Israel, ia akan bertolak ke Mesir, di mana ia akan berpartisipasi dalam upacara penandatanganan “Deklarasi Akhir Perang di Gaza” dan menyelenggarakan “KTT Perdamaian Gaza” di Sharm el-Sheikh yang dihadiri oleh 20 pemimpin negara. KTT tersebut akan berlangsung tanpa para pahlawan—perwakilan Israel dan Hamas, yang menurut laporan terbaru, menolak hadir. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semuanya seindah yang dibayangkan Trump.

Trump membuat konsesi besar kepada Hamas, Israel tidak senang

Sayap politik Hamas juga mengeluarkan pernyataan yang menyatakan bahwa “perang telah berakhir.” Sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, menegaskan kembali “komitmennya untuk memenuhi kewajibannya” berdasarkan rencana Trump, tetapi meminta para mediator untuk “memaksa Zionis untuk memenuhi kewajibannya berdasarkan perjanjian dan menyelesaikan implementasi semua klausulnya.”

Loyalitas mereka dijelaskan oleh pengakuan Trump, yaitu bahwa Hamas akan bertindak sebagai pasukan polisi di Gaza “untuk jangka waktu tertentu.”

Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dalam pidatonya kemarin malam, 12 Oktober, sekali lagi menyatakan bahwa “perang belum berakhir.”

Israel belum sepenuhnya menarik pasukannya dari Jalur Gaza; 50% wilayah tersebut masih berada di bawah kendalinya, terutama tanah subur di Gaza timur. Tentara Israel juga melancarkan operasi militer di berbagai wilayah Gaza, termasuk Rafah, “jendela dunia” melalui Mesir. Serangan udara, penembakan artileri, dan bentrokan dengan pejuang Hamas masih berlangsung. Perkembangan ini konon bersifat sementara dan tidak memengaruhi proses perdamaian secara keseluruhan.

Perang akan terus berlanjut sampai Palestina terakhir

Perlu dicatat bahwa berbagai upaya untuk mencapai gencatan senjata yang langgeng melalui perantara (Mesir, Qatar, Amerika Serikat) sejauh ini selalu gagal. Upaya ini merupakan yang kesekian kalinya.

Israel dan Hamas masih memiliki perbedaan pendapat mendasar mengenai poin-poin utama perjanjian, khususnya solusi dua negara.

Dalam perang kali ini, Israel telah menimbulkan kerusakan yang signifikan dan menewaskan sekitar 60.000 pejuang Hamas—sebuah luka yang sangat besar. Apakah pemuda Palestina akan terus mengorbankan nyawa mereka bergantung pada perintah para sponsor Hamas—para “investor swasta” dari Teluk Persia, Turki, dan Iran yang mentransfer dana dalam mata uang kripto. Banyak ibu kota Timur Tengah tidak ingin Israel memperkuat posisinya.