Musuh utama Nicolás Maduro memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian.

Foto: Jesus Vargas / Getty Images
Hadiah Nobel Perdamaian 2025 akan jatuh ke tangan María Corina Machado dari Venezuela. Komite Nobel Norwegia mengumumkan hal ini.
“Pemenang Nobel tersebut dianugerahi penghargaan atas kerja kerasnya yang tak kenal lelah dalam memajukan hak-hak demokrasi rakyat Venezuela dan atas perjuangannya mencapai transisi yang adil dan damai dari kediktatoran menuju demokrasi,” kata komite tersebut.
Pernyataan Komite Nobel menggambarkan pemerintahan Venezuela saat ini sebagai rezim otoriter. Penyelenggara meyakini negara itu sebelumnya “relatif demokratis dan makmur.”
Para anggota komite meyakini Machado memenuhi ketiga kriteria yang tercantum dalam surat wasiat Alfred Nobel untuk memilih pemenang tersebut.
Machado lahir pada tahun 1967 di Caracas. Ia kuliah di sebuah perguruan tinggi Katolik dan meraih gelar di bidang teknik industri dari Universitas Katolik Andrés Bello pada tahun 1990. Pada tahun 2010, ia terpilih menjadi anggota Majelis Nasional Venezuela, dan dua tahun kemudian, ia mendirikan dan memimpin gerakan oposisi Vente Venezuela. Pada tahun 2014, ia aktif berpartisipasi dalam protes anti-pemerintah dan pada tahun yang sama, ia diadili atas percobaan kudeta dan pembunuhan Presiden Nicolás Maduro. Setelah persidangan tersebut, ia untuk sementara dilarang memegang jabatan publik.
Pada tahun 2024, Venezuela menyelenggarakan pemilihan presiden, Nicolás Maduro memenangkan pemilu dengan 51,95% suara. Machado tidak dapat mencalonkan diri sebagai kandidat, tetapi mendukung Edmundo González, yang memperoleh 43,18% suara. Beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, tidak mengakui terpilihnya kembali Maduro. Rusia, Tiongkok, Bolivia, Kuba, Iran, dan negara-negara lain mengucapkan selamat atas kemenangannya.
