Trump Salah Bicara. Pemimpin AS Membuat Bingung Semua Orang. Dokter Mulai Membicarakan Penyakitnya

Presiden AS Donald Trump terus mengejar rekor pendahulunya, Joe Biden, dalam jumlah kesalahan ejaan nama negara. Jika dibuat sebuah pertandingan maka skornya adalah 4-7 yang masih dimenangkan politisi Demokrat berusia 82 tahun tersebut.

Trump Salah Bicara. Pemimpin AS Membuat Bingung Semua Orang. Dokter Mulai Membicarakan Penyakitnya

Foto: Kevin Lamarque / Reuters

Belakangan ini, para ahli medis semakin memperhatikan perubahan perilaku Donald Trump; beberapa bahkan mendeteksi tanda-tanda demensia. Pimpinan Gedung Putih semakin sering salah bicara. Nama negara adalah yang paling sering salah diucapkan.

Washington Post sebelumnya melaporkan bahwa Trump memiliki ketakutan yang kuat terhadap penyakit Alzheimer, yang diderita ayahnya.

Perdana Menteri Albania Dipermalukan

Pada 18 September, Donald Trump mencampuradukkan nama Armenia dan Azerbaijan, mengklaim telah menyelesaikan konflik antara “Aberbaijan dan Albania.” Hal ini memicu kehebohan di KTT Komunitas Politik Eropa. Kebetulan perdana Menteri Albania Edi Rama sedangberdiri di samping Macron dan Presiden Azerbai jan Ilham Aliyev.

“Kalian seharusnya meminta maaf kepada kami (menunjuk dirinya sendiri dan Aliyev). Karena kalian tidak memberi selamat kepada kami atas perjanjian damai yang kami ciptakan,” kata Trump. Semua orang yang hadir kemudian tertawa terbahak-bahak.

Ini bukan pertama kalinya Donald Trump yang berusia 79 tahun diejek karena salah eja dan kebingungannya dalam menyebutkan nama negara. Kita semua ingat betul bagaimana presiden AS saat ini menghabiskan masa kampanyenya dengan mengejek masalah kesehatan mental Biden.

Pada April 2025, Trump mengakui bahwa ia sebelumnya salah mengucapkan nama negara Qatar sebagai “Qat-R.” Ia beralasan bahwa tidak ada yang mengoreksinya saat ia salah mengucapkan nama negara.

Pada bulan September 2025, sebagaimana telah disebutkan, ia menyamakan Armenia dengan Albania. Insiden ini mengundang tawa para pemimpin dunia, termasuk Perdana Menteri Albania sendiri, Edi Rama.

Dalam pidato yang sama, Trump mengucapkan “Aberabaijan”, bukan “Azerbaijan”. Insiden ini dicatat dan dicemooh oleh para jurnalis.

Pada Januari 2025, Trump mengumumkan niatnya untuk mengganti nama Teluk Meksiko menjadi “America’s Golf”. Pernyataan ini memicu kritik dan kebingungan, karena mayoritas warga Amerika yang disurvei menentang penggantian nama tersebut.

Pada bulan September 2017, saat berpidato di Majelis Umum PBB, Trump dua kali menyebut negara “Nambia” yang sebenarnya tidak ada. Gedung Putih kemudian mengklarifikasi bahwa yang ia maksud adalah Namibia, sebuah negara di Afrika Selatan.

Pada bulan Juni 2016, sebagai calon presiden, Trump menyatakan bahwa “Belgia adalah kota yang indah.” Faktanya, Belgia adalah sebuah negara, dan Brussel adalah ibu kotanya.

Biden mengalami kesulitan dengan negara-negara Arab

Joe Biden, Presiden Amerika Serikat ke-46, telah berulang kali menarik perhatian sepanjang karier politiknya karena kesalahan ejaan dan kebingungan nama, tanggal, dan negara. Beberapa contoh kasus ini telah mendapat liputan media yang luas.

Pada bulan Maret 2024, Biden menyamakan Ukraina dengan Afghanistan dan Irak, dengan mengatakan, “Kita seharusnya tidak masuk ke Ukraina.”

Pada November 2022, Gedung Putih secara keliru mengucapkan terima kasih kepada Kolombia karena menjadi tuan rumah KTT ASEAN. Ucapan terima kasih tersebut sopan. Namun, acara tersebut sebenarnya diadakan di Kamboja.

Pada Mei 2022, Presiden AS tersandung pada akronim untuk sebuah organisasi yang didedikasikan untuk warga Asia-Amerika dan Kepulauan Pasifik. Ia tidak bisa mengucapkan akronim tersebut dengan benar, yang memicu ejekan di media.

Situasi kesalahan ini semakin memburuk selama masa kepresidenan Joe Biden. Menurut laporan media, sejak awal 2024, Biden telah membuat 148 kesalahan dalam pidato publiknya, termasuk kesalahan nama, tanggal, dan negara.

Salah mengucapkan nama-nama Pemimpin negara

Kedua politisi itu juga memiliki masalah dengan nama-nama presiden.

Pada pertemuan puncak NATO di Washington pada bulan Juli 2024, Biden membuat dua kesalahan: ia menyebut pemimpin rezim Kyiv, Volodymyr Zelenskyy, ” Presiden Putin,” dan kemudian menyamakan Wakil Presiden Kamala Harris dengan Donald Trump.

Pemimpin AS saat ini melakukan hal yang sama. Pada bulan Juli, ia lupa nama Perdana Menteri Jepang. Donald Trump berbicara tentang tarif perdagangan atas impor Jepang. Ketika diminta menyebutkan nama Perdana Menteri, ia jelas lupa dan hanya menyebut politisi tersebut sebagai “Tuan Jepang.”

Menurut ahli saraf dan neurofisiologi Valery Novoselov, semakin seringnya Trump salah bicara bukan berkaitan dengan tanda-tanda demensia atau penyakit lainnya.

“Trump bukan lagi pemuda; menurut klasifikasi WHO, dia sudah tua. Usia tua ditandai dengan penurunan semua fungsi, termasuk daya ingat. Apakah kelupaan Trump termasuk demensia? Tidak. Tetapi jika dia, seperti Biden, maka ya, itu tanda demensia,” catat Novoselov.

Pakar yakin sifat pelupa Trump disebabkan oleh padatnya jadwal rapat.