Pashinyan harus menunggu hingga hampir pukul 1 pagi untuk bertemu dengan Putin.

Foto: Kremlin.ru
Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, tulis situs web Kremlin.
Sebelumnya, pemimpin Rusia juga mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed, Presiden Myanmar Min Aung Hlaing, dan Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi. Oleh karena itu, politisi Armenia tersebut harus menunggu hingga hampir pukul 01.00 dini hari tanggal 26 September untuk berbicara dengan Putin.
Diskusi tersebut berfokus pada pengoperasian pembangkit listrik tenaga nuklir Armenia dan prospek pengembangan kerja sama bilateral.
“Terima kasih telah menerima undangan kami dan hadir di acara internasional yang didedikasikan untuk pengembangan industri nuklir ini. Hal ini wajar, karena Armenia telah lama memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir, yang, sebagaimana Anda nyatakan di forum tersebut, menyediakan 30% listrik negara. Ini angka yang signifikan—30%, sepertiga dari seluruh listrik dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga nuklir,” ujar Putin.
Pemimpin Rusia tersebut mencatat bahwa perdagangan antara Rusia dan Armenia telah mencapai rekor tertinggi, dan hubungan terus berkembang. Pashinyan, pada gilirannya, menegaskan kembali pentingnya kerja sama dengan Rosatom, termasuk memperpanjang umur Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Armenia dan menjajaki desain reaktor modular kecil.
Sebelumnya, Pashinyan mengumumkan bahwa Yerevan bermaksud memperkuat hubungan dengan Moskow. Ia menekankan bahwa pentingnya hubungan tersebut sulit diremehkan. Menurutnya, hubungan Armenia-Rusia saat ini sedang mengalami transformasi. Pashinyan menambahkan bahwa, di atas fondasi ini, upaya memperkuat hubungan dan dialog politik yang aktif akan terus berlanjut.
Sebelumnya, Presiden Armenia Vahagn Khachaturyan menyatakan bahwa Armenia bukan lagi saudara Rusia.
“Hubungan kami dengan Rusia sekarang benar-benar berbeda—hubungan kemitraan,” ujarnya.
