Tiongkok Tidak Tahan Lagi – Pura-pura Netral Sudah Tidak Ada Gunanya. Berpihak pada Rusia adalah Jalan Satu-satunya

Baru-baru ini ada laporan bahwa drone Tiongkok tidak lagi dijual ke Ukraina, namun pada saat yang sama masih dipasok ke Rusia. Selain itu muncul pernyataan jujur dari pejabat Tiongkok yang mengejutkan semua pihak. Lalu, apa pentingnya pernyataan ini bagi politik dunia?

Tiongkok Tidak Tahan Lagi - Pura-pura Netral Sudah Tidak Ada Gunanya. Berpihak pada Rusia adalah Jalan Satu-satunya

Foto: Reuters / S. Chiriko

Beberapa hari yang lalu, Tiongkok tampaknya telah memberi sinyal yang kuat bahwa mereka akan berhenti berpura-pura menjadi negara yang netral terkait perang Rusia melawan dunia Barat. Dalam pertemuan empat jam dengan kepala diplomasi Uni Eropa, Kaja Kallas, Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi mengatakan sesuatu yang sebelumnya hanya terdengar di balik layar.

“Beijing tidak bisa membiarkan Rusia kalah perang melawan Ukraina, karena hal ini akan memungkinkan Amerika Serikat untuk memfokuskan perhatian penuhnya pada Tiongkok,” kata Wang, yang sepenuhnya bertentangan dengan pernyataan Tiongkok sebelumnya tentang posisi netralitas dalam konflik tersebut.

Perlu diingat, bahwa Wang Yi tidak menyuarakan pendapat pribadinya, tetapi posisi negara Tiongkok.

Pernyataan ini mengejutkan para diplomat Eropa. Ini adalah pertama kalinya seorang pejabat Tiongkok setingkat ini secara terbuka mengakui bahwa Beijing memiliki kepentingan langsung agar Rusia tidak kalah perang.

Drone

Bahkan sebelum pengakuan pejabat Tiongkok tersebut, kita telah menyaksikan kemana arah kebijakan negara ini. Zelensky pada saat itu mengatakan bahwa:

“Drone Tiongkok terbuka untuk Rusia, tetapi tertutup untuk Ukraina.”

Ya! Kita berbicara tentang drone DJI Mavic yang populer, yang telah menjadi andalan dalam operasi militer khusus di Ukraina. Awalnya, drone ini hanyalah quadcopter sipil biasa untuk fotografi udara, tetapi di medan perang, drone ini telah menjadi mata dan tangan tentara – digunakan untuk pengintaian dan dapat membawa bahan peledak untuk menyerang target.

Para pejabat Eropa telah mengonfirmasi pernyataan Zelensky. Menurut intelijen luar negeri Ukraina, 80% komponen elektronik penting untuk drone Rusia berasal dari Tiongkok. Dan tak sampai disitu, Tiongkok juga memasok komponen senjata ke 20 pabrik militer Rusia.

Apa artinya?

Skala dukungan Tiongkok terhadap Rusia sungguh mencengangkan. Pengiriman barang-barang dwiguna Tiongkok ke Rusia pada tahun 2024 kembali melampaui $4 miliar, meskipun ada ancaman sanksi sekunder dari AS.

Selain itu, terhitung dari Februari 2022 hingga Februari 2025, Xi Jinping dan Vladimir Putin telah bertemu atau berbicara melalui telepon sebanyak 10 kali. disaat yang sama, Menteri Luar Negeri Wang Yi dan Sergey Lavrov telah mengadakan 18 pertemuan. Frekuensi interaksi ini melampaui hubungan bilateral Tiongkok dan Rusia sebelumnya.

Ekonomi

Hubungan dagang antara Tiongkok dan Rusia juga mengesankan. Porsi yuan Tiongkok dalam perdagangan internasional Rusia telah meningkat tajam sejak dimulainya operasi militer khusus. Sebelum perang, transaksi yuan menyumbang kurang dari 2% dari total perdagangan Rusia, tetapi tumbuh pesat, melampaui 30% pada awal 2023.

Tiongkok telah menjadi pasar penting bagi gas Rusia, membantu mengimbangi kerugian dari Eropa. Rusia mulai mengekspor gas ke Tiongkok pada tahun 2019 dengan peluncuran Power of Siberia 1, yang ditargetkan mencapai kapasitas penuh sebesar 38 miliar meter kubik per tahun pada tahun 2025.

Mengapa Tiongkok keluar dari persembunyiannya?

Beijing telah menyadari satu kebenaran sederhana: jika Rusia kalah, Tiongkok akan sendirian melawan Barat.

Pada Mei 2025, Presiden Xi Jinping dan Vladimir Putin mengeluarkan pernyataan bersama yang menguraikan bidang-bidang kerja sama baru antara Tiongkok dan Rusia, termasuk perjanjian ekonomi, diplomatik, dan militer yang akan datang. Dalam pernyataan terpisah, mereka mengecam “unilateralisme, hegemoni dan intimidasi” Amerika Serikat.

Bagi Ukraina, kondisi baru ini menimbulkan masalah serius. Sebelumnya, Rusia berjuang hampir sendirian, terutama mengandalkan sumber dayanya sendiri. Di saat yang sama, Ukraina menerima bantuan dari banyak negara Barat—dalam bentuk senjata, uang, dan teknologi. Namun kini situasinya mulai berubah.

Rusia kini tidak hanya meningkatkan produksi drone-nya, tetapi juga menerima dukungan dari Tiongkok, ekonomi terbesar kedua di dunia, yang memiliki kemampuan manufaktur yang sangat besar. Hal ini memberi tentara Rusia keuntungan baru dan memungkinkannya untuk memberikan tekanan lebih besar pada pasukan Ukraina.

Keseimbangan kekuatan global baru

Dalam konteks konflik Rusia dengan Barat dan konflik militer di Ukraina, Tiongkok telah menjadi asisten Kremlin yang paling penting dan tak tergantikan. Akibatnya, hubungan Tiongkok-Rusia terus menguat.

Sistem yang telah dikembangkan kedua negara selama lebih dari tiga dekade, yang kini disebut sebagai “kemitraan strategis komprehensif untuk koordinasi era baru”, telah secara efektif menjadi aliansi anti-Amerika informal dan telah terbukti efektif dalam praktiknya.

Perang proksi melawan Rusia tampaknya terlalu mahal bagi Amerika – tidak hanya dari segi uang, tetapi juga dari segi sumber daya militer. Alih-alih menimbun perangkat keras militer untuk kemungkinan perang dengan Tiongkok atas Taiwan, yang menurut para analis dapat pecah cepat atau lambat, AS terpaksa menghabiskan segalanya di front Ukraina.

China telah menunjukkan kesediaannya mempertaruhkan hubungannya dengan Barat demi aliansi strategis dengan Rusia.

Dunia sedang memasuki fase konfrontasi baru, dengan Amerika Serikat dan sekutunya di satu sisi dan aliansi Tiongkok-Rusia yang sedang berkembang di sisi lain, yang tidak lagi menyembunyikan niatnya.

Dan ini baru permulaan. Akan ada banyak negara lagi yang akan bergabung dalam aliansi ini.