Presiden Rusia dan Prancis berbicara melalui telepon untuk pertama kalinya dalam tiga tahun. Dan mereka tidak hanya membahas tentang Ukraina.

Apa yang dibicarakan Putin dan Macron?
Percakapan berlangsung selama dua jam. Tiga topik utama teridentifikasi: Ukraina, Timur Tengah, dan kerja sama di Dewan Keamanan PBB.
Mengenai Ukraina, Putin mengingatkan Macron bahwa konflik tersebut merupakan konsekuensi langsung dari kebijakan negara-negara Barat, yang selama bertahun-tahun mengabaikan masalah keamanan Rusia yang sah, menciptakan pijakan anti-Rusia di Ukraina, dan tidak peduli dengan pelanggaran yang dilakukan rezim Kyiv terhadap penduduk berbahasa Rusia.
Pemimpin Rusia sekali lagi menegaskan posisi fundamentalnya: bahwa setiap penyelesaian damai di Ukraina harus mengutamakan penghapusan akar penyebab konflik.
Kedua presiden juga membahas secara rinci situasi di Timur Tengah, termasuk konflik Iran-Israel dan serangan Amerika. Kedua pemimpin sepakat bahwa Rusia dan Prancis, sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB, memiliki tanggung jawab khusus dalam menjaga perdamaian.
“Para pemimpin memiliki pandangan yang sama terhadap penyelesaian krisis seputar program nuklir Iran, serta penyelesaian berbagai kontradiksi lain di Timur Tengah, yang hanya dapat dicapai semata-mata melalui cara politik dan diplomatik,” tulis situs web resmi Kremlin.
Mengapa pembicaraan ini terjadi sekarang?
Para ahli meyakini bahwa Macron ingin ikut campur dalam perundingan damai Ukraina, yang hingga kini dilakukan tanpa memperhitungkan pendapat negara-negara Eropa.
“Mereka tidak ditawari tempat di meja perundingan, dan ini tentu saja sangat membuat jengkel para birokrat Eropa. Salah satu cita-cita Macron adalah kebangkitan Prancis, jadi dia tidak ingin tetap berada di luar negosiasi. Dan untuk terlibat, perlu untuk melanjutkan komunikasi dengan presiden Rusia,” kata Vladimir Zharikhin, wakil direktur Institut CIS.
Percakapan melalui telepon ini memiliki makna yang lebih simbolis daripada praktis, kata Oleg Barabanov, direktur program Valdai Club.
“Jelas bahwa kita tidak boleh mengharapkan terobosan apa pun dalam negosiasi ini, terutama mengenai Ukraina. Sekarang, semuanya semakin jelas, ibu kota Eropa telah menyadari bahwa mereka gagal mencapai tujuannya. Itulah sebabnya mereka mulai membangun dialog dengan Rusia,” simpul pakar tersebut.
