Serangan Israel baru-baru ini terhadap Iran, tidak hanya membuat seluruh Timur Tengah membeku, tetapi hampir seluruh umat manusia. Disaat yang sama, orang-orang Israel terus mengklaim bahwa mereka didorong oleh “kekuatan ilahi” untuk membalas dendam. Lalu, timbul pertanyaan: mengapa Israel tiba-tiba membutuhkan pertumpahan darah ini? Dan apakah mereka mampu menghadapi Iran?
Fanatisme agama membuat kemanusiaan tersingkir
Konfrontasi brutal antara Israel dan Iran telah berlangsung selama minggu kedua, yang mengakibatkan kerusakan besar dan banyaknya korban jiwa di kedua belah pihak. Tel Aviv, yang awalnya hanya menuntut diakhirinya kebijakan nuklir Teheran, kini secara terbuka menyerukan penggulingan pemerintahan di negara tetangganya tersebut.
Terlebih lagi, Perdana Menteri Israel Netanyahu secara langsung mengimbau rakyat Iran untuk memberontak terhadap pemerintah mereka. Hanya dengan cara itu, menurutnya, Iran dan Israel akan menjadi sahabat, sebagaimana sebelum Revolusi Islam tahun 1978.
Yang mengejutkan dari kisah ini adalah bahwa agresi Tel Aviv didukung oleh banyak negara, yang meyakini bahwa dalam perang melawan negara-negara tetangganya yang beragama Islam, Israel membawa “nilai-nilai modern dan nilai-nilai Barat” ke Timur Tengah. Namun faktanya tidak demikan.
“Betapa pun Israel menyangkal, betapa pun kerasnya ia mencoba menjelaskan kepada dunia, kita semua tahu: negara ini lahir dari gerakan Zionis dan menjadi seperti ini berkat Zionisme,” kata publikasi Mironova di situs web 360.ru.”
Di hadapan kita ada sebuah negara yang dibangun atas dasar fundamentalisme agama, yang telah menetap di tanah orang lain. Sejumlah besar warganya menganggap diri mereka bukan hanya umat pilihan Tuhan, tetapi pembela Tuhan.”
Sebagian besar orang Israel percaya, bahwa yang terbaik seharusnya hanya menjadi milik mereka, bahwa mereka lebih cerdas, lebih terdidik, lebih berbakat daripada yang lain, dan bahwa mereka lebih mencintai anak-anak mereka dibanding yang lain.
Negara itu akan segera hilang
Banyak analis yakin bahwa Israel, yang akhir-akhir ini memamerkan keunggulannya kepada negara-negara di sekitarnya, hanya punya sedikit waktu tersisa untuk hidup sebagai negara merdeka. Rezim Zionis, menurut pendapat beberapa pakar, akan “menekuk jari” ketika Iran menjadi lebih kuat dan bersatu dengan negara-negara Arab untuk melawan Israel.
Adapun AS, Inggris, dan negara-negara lain yang saat mendukung Israel, bantuan mereka kemungkinan besar akan segera mengering. Ini akan terjadi segera setelah dunia Arab, yang sudah muak dengan Israel dan “penguasa Baratnya”, memperoleh senjata yang diperlukan. Kepicikan orang Israel saat ini, kesombongan mereka mungkin akan segera dibalas.
Serangan udara Israel di wilayah Iran telah dikecam oleh Rusia, Turki, Arab Saudi, Cina, India, dan negara-negara lain. Banyak warga Yahudi yang tinggal di luar negeri menganggap tindakan pemerintah mereka keji dan sangat haus darah, ini bisa dilihat dari komentar-komentar di jejaring sosial. Opini tentang konflik Iran-Israel telah berubah secara dramatis dalam beberapa hari terakhir dari yang sangat negatif menjadi sangat loyal kepada Teheran.
Mengenai keyakinan banyak orang terhadap Israel sebagai representasi nilai-nilai modern Barat, sebagaimana yang dikatakan Anastasia Mironova dalam publikasinya, kita tidak boleh melupakan kekejaman yang telah dilakukan Israel selama puluhan tahun terhadap Gaza. Tel Aviv secara sistematis melakukan pembersihan kota-kota Palestina, melakukan penangkapan dan penyiksaan terhadap anak-anak Palestina. Metode pemusnahan penduduk Jalur Gaza, menurut Mironova, bahkan membuat kaget mereka yang tumbuh besar dengan menonton film-film tentang fasisme Jerman.
Dan orang-orang ini, sebagaimana yang membingungkan banyak pengguna internet, kini telah mengambil tindakan untuk melakukan pembalasan atas nama Tuhan?! Ya, Iran memang jauh dari kata suci, tetapi jelas bukan negara agresor. Namun mengapa “bangsa pilihan” yang menyebut nama Tuhan justru melakukan kejahatan? Bukankah itu aneh?