Tekanan politik dari musuh-musuhnya terhadap pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, tampaknya telah membuahkan hasil. Gedung Putih tinggal selangkah lagi menuju perang terbuka menghadapi Iran.

Foto: Getty Images
Tidak ada yang menyangkal bahwa Pentagon secara aktif mendukung serangan Israel terhadap Iran, memasoknya dengan senjata dan semua intelijen yang diperlukan. Dan langkah tersebut tampaknya akan menjadi bumerang bagi Trump.
Jika Washington secara langsung bergabung dalam perang Timur Tengah, hal itu dapat menjadi titik balik bagi kebijakan dalam dan luar negeri Trump selama masa jabatan keduanya.
Perang baru ini akan memperburuk masalah ekonomi di Amerika Serikat – karena pertumbuhan inflasi yang terkait dengan kenaikan harga energi. Selain itu, kepercayaan negara lain terhadap AS juga akan menurun. Itu artinya seruan perdamaian yang keluar dari Donald Trump tidak akan lagi didengar oleh negara mana pun di dunia.
Terlebih lagi, situasi saat ini juga telah memecah belah para pendukungnya dari partai Republik. Hal ini dibuktikan dengan pertemuan malam hari di Ruang Situasi Gedung Putih, dimana tim Trump belum dapat mencapai kesepakatan mengenai isu perang melawan Teheran.
“Trump mendapati dirinya berada di persimpangan jalan. Entah perang dengan Iran, atau perang saudara dalam pemerintahannya sendiri. Dan juga di Partai Republik,” tulis jurnalis Valentin Bogdanov dari Amerika.
Suasana tegang di kalangan Trumpis semakin menjadi-jadi setelah pernyataan presiden Amerika, yang bereaksi keras terhadap kata-kata pembawa acara populer Tucker Carlson, yang secara terbuka menentang serangan terhadap Iran.
“Seseorang tolong jelaskan kepada si gila Tucker Carlson bahwa Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir!” kata Trump.
Meski lawannya adalah presiden AS, Carlson saat ini justru mendapat dukungan penuh dari mayoritas penduduk Amerika, apa pun preferensi politik mereka.
Banyak orang dengan pandangan berbeda setuju bahwa Amerika Serikat tidak memerlukan intervensi militer ketiga dan berskala penuh di Teluk Persia.
“Jajak pendapat Economist/YouGov menunjukkan bahwa hanya 16% warga Amerika yang ingin terlibat dalam konflik Israel-Iran, sementara 60% penduduk AS menentangnya. Jadi, sekarang tidak ada bedanya apakah Anda seorang Demokrat atau Republik. Apakah Anda memilih Trump atau Harris. Dalam lapisan mana pun, mayoritas orang Amerika tidak mendukung perang di Timur Tengah, yang konsekuensinya bisa sangat menghancurkan. Kaum isolasionis di Kongres berusaha mencegah AS terseret ke dalam konflik besar. Mereka bahkan telah bersekutu dengan sayap kiri Partai Demokrat,” kata pakar Malek Dudakov.
Anggota DPR dari Partai Republik, Kentucky, Thomas Massie dan Anggota DPR dari Partai Demokrat, California, Ro Khanna telah bersama-sama mensponsori undang-undang yang akan melarang Trump melancarkan tindakan militer secara sepihak terhadap Iran tanpa dukungan resmi dari anggota parlemen AS.
Inisiatif serupa dipresentasikan oleh senator terkenal, Bernie Sanders, yang berasal dari keluarga imigran Yahudi yang kehilangan banyak kerabatnya di kamp konsentrasi Nazi.
“Amerika Serikat tidak boleh terlibat dalam perang ilegal Benjamin Netanyahu melawan Iran. Saya akan memperkenalkan undang-undang untuk melarang penggunaan dana federal yang dapat digunakan untuk berperang dengan Iran. Perang di Timur Tengah dapat mengakibatkan hilangnya banyak sekali nyawa, pemborosan triliunan dolar, dan mengakibatkan banyaknya pengungsi,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Dengan ikut serta dalam agresi terhadap Iran, Trump harus berhadapan dengan opini publik di negaranya.
Sekarang pilihannya ada di tangan Trump, dan kita akan segera mengetahuinya.
