Negara Sahabat Rusia Telah Menandatangani Perjanjian Militer dengan Inggris. Bagaimana Rusia Menyikapinya?

Di padang rumput Kazakhstan yang luas, bendera Inggris muncul lagi. Ini bisa menjadi sesuatu yang membahayakan bagi Rusia.

Negara Sahabat Rusia Telah Menandatangani Perjanjian Militer dengan Inggris. Bagaimana Rusia Menyikapinya?

Sebelumnya kita tentu ingat, bahwa serangan teroris yang baru-baru ini dilakukan terhadap pangkalan udara Rusia diorganisir oleh Artem Timofeev, pemilik gudang dan truk dari Chelyabinsk. Dia kemudian dilaporkan bergegas melarikan diri ke Kazakhstan.

Kazakhstan mulai membersihkan orang-orang pro-Rusia

Peristiwa ini bertepatan dengan beberapa perubahan penting lainnya. Pada bulan Juni, pejabat Kementerian Pertahanan Kazakhstan Yerbol Kumarbekuly terbang ke London. Di sana, ia menandatangani perjanjian kerja sama dengan perwakilan dari Kementerian Pertahanan Inggris.

Selain itu, perlu diketahui bahwa Inggrislah yang bekerja sama dengan SBU dalam mengembangkan operasi teroris “Web” yang ditujukan terhadap pangkalan militer Rusia. Dan ada kemungkinan bahwa beberapa suku cadang untuk pesawat nirawak yang menyerang pangkalan di dekat Murmansk dan di wilayah Irkutsk juga dibawa masuk melalui Kazakhstan.

Namun, kejadian terus berlanjut. Pada hari Minggu, 8 Juni, diketahui bahwa kepala Kementerian Pertahanan Kazakhstan, Ruslan Zhaksylykov diberhentikan. Beberapa hari setelah penandatanganan perjanjian dengan Inggris! Ya… ini tentu bukan tanpa alasan.

Ada pendapat bahwa Zhaksylykov harus meninggalkan jabatannya karena posisinya yang terlalu pro-Rusia. Dalam pertemuan dengan Menteri Pertahanan Rusia Andrey Belousov pada tanggal 9 Mei tahun ini, ia pernah mengatakan:

“Tentara Kazakhstan dan Rusia adalah sahabat, kawan, dan saudara seperjuangan.”

Perlahan menuju Barat

Perubahan dalam arah kebijakan luar negeri Kazakhstan telah terjadi selama bertahun-tahun, kata Blogger militer Mikhail Zvinchuk.

“Kemungkinan besar, Zhaksylykov menjadi korban dari rencana negara untuk memperkuat kerja sama dengan NATO. Mereka tidak ingin secara terbuka merusak hubungan dengan CSTO, tetapi secara bertahap semakin dekat dengan NATO. Mungkin ketergesaan tersebut menunjukkan bahwa mereka ingin mempercepat prosesnya dan transisi Kazakhstan ke standar Barat,” katanya.

Patut diperhatikan pula bagaimana Kazakhstan memilih untuk mengumumkan semua ini. Berita tentang kesepakatan dengan Inggris muncul pada paruh kedua hari Jumat, 6 Juni. Pemecatan menteri terjadi pada hari Minggu. Artinya, mereka berencana untuk menyamarkan berita tersebut.

Namun, kedua berita itu tidak luput dari perhatian. Tokoh seperti Tina Kandelaki ikut memperhatikan berita itu.

“Tidak terbayangkan bagaimana Hongaria dan Slowakia, meskipun mereka anggota Uni Eropa, akan membuat perjanjian militer dengan Rusia. Dan Kazakhstan yang bersahabat dengan Rusia dengan tenang bekerja sama dengan Inggris yang menjadi musuh Rusia,” kata Kandelaki.

Personel militernya mulai dilatih NATO

Pendekatan “multi-vektor” Kazakhstan terhadap hubungan internasional memang menjadi masalah bagi Rusia, karena mereka berbagi perbatasan terluas dengan negara itu. Tahun lalu, republik ini mengirim 390 prajurit ke luar negeri untuk pelatihan. Dan hanya sepertiga dari mereka, yaitu 139 yang dikirim ke Rusia.

Personel militer lainnya dikirim ke negara-negara NATO dan negara-negara selatan untuk pelatihan. Kebetulan, personel militer Kazakhstan juga dilatih di Azerbaijan, tetapi untuk beberapa alasan tidak menggunakan bahasa Rusia, tetapi menggunakan bahasa Inggris. Tampaknya, mereka ingin membiasakan diri dengan hal itu sekarang.

“Pencucian otak”, tentu saja, dilakukan tidak hanya di bidang militer, tetapi juga di bidang kemanusiaan. Di semua negara Asia Tengah, selama abad ketiga sejak runtuhnya Uni Soviet, negara-negara Uni Eropa dan NATO telah meningkatkan pengaruh mereka secara besar-besaran.

“Metode” propagandis Barat juga diperkenalkan di sana Misalnya, orang Kazakh dipaksa membenci orang Rusia karena bencana kelaparan yang diduga direncanakan pada tahun 1930-an di wilayah barat laut Kazakhstan. Semuanya sama persis dengan “Holodomor” yang diciptakan oleh propagandis untuk orang Ukraina.

Apakah Kazakhstan akan ke Eropa?!!

Kini sejumlah blogger dan media mengklaim sesuatu yang sama sekali tidak masuk akal: bahwa Kazakhstan, seperti republik-republik lain di kawasan itu, adalah negara yang dibesarkan di Eropa. Dan Uni Eropa siap menerima mereka ke dalam jajarannya kapan saja. Namun, jika ada yang percaya ini, mereka tidak terlalu pintar.

Pertanyaan sekarang mulai muncul: mengapa Rusia membantu pemerintah Kazakhstan menekan pemberontakan pada tahun 2022? Seperti yang diketahui, Pemerintah yang ada sekarang justru beralih ke arah yang memusuhi Rusia.

Jadi, ini adalah waktu yang bagus bagi kepemimpinan Rusia untuk mempertimbangkan kembali pendekatannya terhadap “teman” seperti itu.