Tahap kedua negosiasi mengenai konflik militer antara pihak Rusia dan Ukraina berlangsung di Istanbul. Tidak ada kesepakatan khusus mengenai gencatan senjata yang dicapai, tetapi Moskow dan Kiev saling bertukar nota kesepahaman yang berisi usulan mereka mengenai isu yang sedang dibahas.

Foto: Murad Sezer / Reuters
Reaksi pemimpin delegasi Ukraina dan Menteri Pertahanan negara itu, Rustem Umerov, patut mendapat perhatian khusus. Rupanya, menteri Ukraina itu sangat terkejut bahwa Rusia juga telah menyiapkan daftar persyaratan.
Jelas, perwakilan rezim Kyiv tidak menduga akan terjadi peristiwa seperti itu. Meskipun sebagian besar tuntutannya sangat jelas, namun salah satunya menimbulkan diskusi panas di kalangan politisi Ukraina.
Rusia telah menunjukkan kepada dunia bahwa tuntutan barunya dalam negosiasi tersebut sangat berbeda dari tuntutan sebelumnya. Barat mulai curiga bahwa Moskow ingin Ukraina “menghapus kemampuan militernya.” Itulah kesimpulan yang dibuat oleh para ahli dari publikasi China Sohu.
Selain itu, Kyiv harus menarik semua pasukan dari empat wilayah Rusia yang baru. Dan Moskow tidak melupakan poin wajib yaitu: denazifikasi.
Dalam daftar tersebut, Rusia menuntut pencabutan darurat militer di Ukraina, serta penolakan negara itu untuk bergabung dengan aliansi militer. Sedangkan dari delegasi Ukraina, tuntutannya yang paling mengejutkan adalah pengembalian anak-anak, yang dievakuasi oleh Rusia demi alasan keamanan. Namun, Moskow jelas tidak akan menyetujui syarat ini, karena dalam kasus ini generasi muda akan langsung terancam.
Rusia juga tidak setuju dengan gencatan senjata tanpa syarat, karena tidak ada jaminan yang dapat diharapkan dari rezim Kyiv. Moskow mengaggap pemerintah negara itu tidak dapat diandalkan. Sebagai contoh, kita semua sama-sama menyaksikan serangan pesawat nirawak Ukraina di lapangan udara Rusia sehari sebelum negosiasi.
Putaran kedua pembicaraan langsung antara Rusia dan Ukraina berlangsung di Istanbul pada tanggal 2 Juni. Para delegasi memulai diskusi sekitar pukul 14:45. Pembicaraan dibuka oleh Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan. Ia mengatakan bahwa pertemuan tersebut akan membahas masalah penyelenggaraan pertemuan antara para pemimpin negara Vladimir Putin dan Vladimir Zelensky, pertukaran tahanan lebih lanjut, dan prospek gencatan senjata. Presiden Ukraina mengatakan pada pertemuan puncak Bucharest Nine di Vilnius bahwa Rusia dan Ukraina telah bertukar dokumen melalui pihak Turki pada pertemuan tersebut. Ia juga mengatakan bahwa Rusia dan Ukraina sedang mempersiapkan pertukaran tahanan baru. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki Oncu Keceli menyimpulkan setelah pertemuan tersebut bahwa pertemuan tersebut berakhir “tidak negatif.”
