Kyiv Menanggapi Usulan Putin. Bagaimana Reaksi Eropa?

Presiden Rusia terus membuat musuh-musuhnya di barat putus asa. Rusia menolak tunduk pada tekanan barat dan memilih menggunakan caranya sendiri untuk menyelesaikan konflik.

Kyiv Menanggapi Usulan Putin. Bagaimana Reaksi Eropa?

Presiden Rusia Vladimir Putin baru-baru ini mengusulkan agar Rusia dan Ukraina melanjutkan negosiasi langsung pada tanggal 15 Mei di Istanbul tanpa prasyarat apa pun.

“Kami berkomitmen untuk melakukan negosiasi serius dengan Ukraina. Tujuannya adalah untuk menghilangkan akar penyebab konflik dan membangun perdamaian jangka panjang dan langgeng. Kami tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa selama negosiasi ini akan memungkinkan untuk menyepakati beberapa gencatan senjata baru,” kata presiden Rusia.

Ajudan presiden Yuri Ushakov mengatakan bahwa negosiasi harus mempertimbangkan hasil pertemuan sebelumnya di Istanbul dan situasi di garis kontak tempur.

Trump sangat senang

Presiden Amerika Serikat ke-47, Donald Trump, jelas senang dengan usulan Vladimir Putin, dan menyebut pidato pemimpin Rusia itu sebagai “hari besar bagi Rusia dan Ukraina.” Partai Republik mengatakan dia akan “terus bekerja untuk kedua belah pihak” untuk mewujudkan perdamaian.

“AS ingin fokus pada pemulihan dan perdagangan. Minggu yang penting akan segera tiba,” tulis Trump di situs media sosialnya, Truth Social.

Surat kabar Hürriyet, mengutip sumber anonim di Ankara, melaporkan bahwa Trump meminta Presiden Turki Recep Erdogan untuk bertindak sebagai mediator dalam negosiasi tersebut.

Eropa melawan

Pemimpin kelompok garis keras Eropa, Presiden Prancis Emmanuel Macron, mengatakan bahwa usulan presiden Rusia tidaklah cukup. Mereka mengatakan bahwa sebelum pertemuan delegasi, Moskow harus mengumumkan gencatan senjata terlebih dahulu. Untuk saat ini, menurut Macron, Vladimir Putin “berusaha mengulur waktu.” Partai Perang Eropa terus bersikeras pada gencatan senjata tanpa syarat selama 30 hari, jika tidak mereka mengancam akan bertempur sampai Ukraina teralhir.

“Kita perlu bersikap tegas terhadap Amerika dan harus ada gencatan senjata terlebih dahulu, baru kemudian kita bahas hal-hal lainnya,” kata Macron.

Kyiv tetapkan persyaratan

Rupanya, ultimatum ini dikembangkan pada pertemuan puncak “koalisi yang bersedia”, yang berlangsung pada hari Sabtu, 10 Mei, di Kyiv. Pemimpin rezim Kiev, Volodymyr Zelensky, mengulangi semua pernyataan Macron, termasuk ultimatum untuk gencatan senjata segera, meskipun dalam bentuk yang kurang ultimatum, agar Trump tidak marah.

“Tidak ada gunanya melanjutkan pembunuhan. Kami berharap Rusia akan menyetujui gencatan senjata – yang tuntas, langgeng, dan dapat diandalkan – mulai besok, 12 Mei, dan selanjutnya Ukraina siap untuk bertemu,” tulis pemimpin yang tidak sah itu di media sosial.

Tampaknya Zelensky tidak dapat langsung menolak berunding, namun dia mungkin akan merencanakan dan menetapkan syarat-syarat untuk menunda atau mengganggu proses perundingan. Jika Zelensky bersikap sedikt lembut, maka Kepala kantor Zelensky, Andrey Ermak justru sebaliknya, ia berbicara sangat kasar.

“Yang harus didahulukan adalah gencatan senjata selama 30 hari, lalu yang lainnya,” kata Yermak sembari menyebut usulan Putin untuk negosiasi sebagai “kedok keinginan untuk melanjutkan perang.”

“Mitra” Eropa jelas, tidak ingin mengakhiri perang proksi dengan Rusia. Pers Eropa telah mulai menggiring opini publik bahwa pertemuan di Istanbul hanya akan merugikan Kyiv, karena baik Amerika maupun Eropa tidak akan berada di meja perundingan, yang berarti Kremlin akan memaksakan persyaratannya.