Putin Bertemu Sultan dari Negara yang Tidak Memungut Pajak, Menggratiskan Perumahan dan Layanan Kesehatan pada Rakyatnya

Hanya sedikit sultan sejati yang tersisa di dunia. Atau lebih tepatnya, hanya dua. Sultan Brunei, Hassanal Bolkiah, dan tamu Vladimir Putin saat ini, penguasa Oman, Heissam bin Tarek, yang naik ke puncak kekuasaan dengan cara yang tidak disangka-sangka.

Putin Bertemu Sultan dari Negara yang Tidak Memungut Pajak, Menggratiskan Perumahan dan Layanan Kesehatan pada Rakyatnya

Foto: Sergey Savostyanov / TASS

Ketika mantan sultan, yang telah memerintah Oman selama hampir 50 tahun meninggal pada tahun 2020, ternyata ia tidak memiliki satu pun anak sebagai pewaris tahtanya. Penggantinya, secara tidaak terduga adalah Heysam ben Tarek, yang sebelumnya tidak pernah memegang jabatan penting. Namun menariknya namanya disebutkan dalam surat wasiat mendiang dan disetujui oleh dewan yang beranggotakan 50 orang berpengaruh dari dinasti Al-Busaid yang berkuasa, yang asal usulnya dapat ditelusuri hingga ke Nabi Muhammad. Namun, di Rusia, ternyata, sultan saat ini cukup dikenal.

“Anda telah mengunjungi negara kami berkali-kali. Selain itu, pada tahun 1985, Andalah yang menandatangani perjanjian tentang pembentukan hubungan diplomatik antara Rusia dan Oman,” kenang Vladimir Putin saat menyambut tamunya di Istana Grand Kremlin.

40 tahun yang lalu, Heysam bin Tarek memang seorang pegawai Kementerian Luar Negeri. Dan kemudian ia mengunjungi Federasi Rusia beberapa kali lagi sebagai Menteri Kebudayaan.

Perlu diketahui, bahwa hubungan Rusia-Oman telah membeku selama beberapa dekade: percakapan telepon pertama antara pemimpin kedua negara sejak 1985 baru terjadi lagi pada tahun 2023. Pada tahun yang sama, Putra Mahkota Teyazin bin Heysam tiba di Moskow, dan sekarang, dua tahun kemudian, Sultan secara pribadi kembali mengunjungi Kremlin.

“Kunjungan saya hari ini sebagai kepala negara, bukan sebagai kepala lembaga atau kementerian,” kata bin Tarek dengan bangga.

Ia mencatat bahwa banyak hal telah berubah dalam 40 tahun sejak perjanjian diplomatik ditandatangani.

“Kami berupaya keras untuk memastikan bahwa hubungan kami bersifat istimewa, bermanfaat bagi kepentingan rakyat di negara kami,” tegas Sultan.

Penguasa Oman itu dengan rendah hati tetap bungkam mengenai fakta bahwa Oman telah berubah dari sebuah provinsi Arab terpencil, menjadi kekuatan minyak yang kaya dengan PDB per kapita yang tinggi dan hak istimewa sosial yang belum pernah ada sebelumnya bagi warga negaranya, termasuk layanan kesehatan, perumahan, dan utilitas gratis, serta tidak adanya pajak.

Pengaruh Oman dalam urusan dunia juga semakin berkembang akhir-akhir ini, misalnya Muscat (Ibu kota Oman) dipilih sebagai mediator dalam negosiasi rumit mengenai kesepakatan nuklir antara AS dan Iran. Setelah dua kali pertemuan yang diadakan dalam format “diplomasi bolak-balik”, diplomat Oman melaporkan bahwa “negosiasi semakin gencar, dan bahkan hal yang tidak mungkin pun kini menjadi mungkin.” Oman tengah mengupayakan perjanjian yang akan memungkinkan Iran untuk “sepenuhnya bebas dari senjata nuklir dan sanksi” serta mengembangkan energi nuklir secara damai.

Kremlin, tentu saja, melihat dengan jelas bagaimana gagasan dunia multipolar terwujud di depan mata mereka sendiri, dan berharap dapat menjalin hubungan khusus dengan pusat-pusat “kekuatan” yang baru. (Minggu lalu Moskow juga dengan hangat menyambut tamu lain yang tidak kalah berpengaruh – Emir Qatar.)

“Tahun ini kami berencana untuk mengadakan pertemuan puncak antara Rusia dan negara-negara Arab. Banyak teman kita di dunia Arab yang mendukung gagasan ini. Jika Anda, Yang Mulia, punya waktu, kami akan senang melihat Anda di pertemuan puncak ini – Liga Negara-negara Arab dan Rusia,” Kata Putin.

Putin mencatat bahwa paket dokumen yang solid telah disiapkan untuk kunjungan Sultan, yang akan menciptakan kerangka kerja sama yang baik untuk mengembangkan hubungan di semua bidang. Menurut presiden, sudah ada peluang untuk mengembangkan proyek di bidang logistik, transportasi, pertanian, energi, dan investasi bersama. Kesepakatan mengenai penghapusan persyaratan visa bersama, yang ditandatangani di hadapan para pemimpin, diharapkan dapat memberi kontribusi pada pertumbuhan arus wisatawan. Tahun lalu, lebih dari 44 ribu orang Rusia tercatat mengunjungi Oman. Negara tersebut dikatakan cukup ramah, karena tidak memiliki persyaratan ketat mengenai pakaian dan konsumsi alkohol seperti negara lain di kawasan itu.