Tidak Semua Pemimpin Negara di Eropa Mengikuti Perintah Uni Eropa untuk Mengabaikan Parade Kemenangan di Moskow

Perdana Menteri Slowakia Robert Fico menolak untuk mengindahkan peringatan dan ancaman dari kepala diplomasi Eropa Kaja Kallas untuk tidak menghadiri Parade Kemenangan di Moskow pada tanggal 9 Mei. Ia mengingatkan bahwa dirinya adalah perdana menteri dari sebuah negara berdaulat dan menyatakan bahwa tidak seorang pun dapat memberinya instruksi seperti itu. Ketua Duma Negara Vyacheslav Volodin menyatakan bahwa pernyataan Kallas adalah bentuk tidak hormat terhadap memori mereka yang mengorbankan diri untuk menyelamatkan dunia dari fasisme, sehingga ia harus dicopot dari jabatannya dan diserahkan ke pengadilan internasional PBB.

Tidak Semua Pemimpin Negara di Eropa Mengikuti Perintah Uni Eropa untuk Mengabaikan Parade Kemenangan di Moskow

Perdana Menteri Slovakia Robert Fico mengatakan bahwa tidak seorang pun dapat melarangnya menghadiri Parade Kemenangan di Moskow. Postingan tersebut muncul di halaman Facebook miliknya.

“Nyonya Kallas, saya ingin memberi tahu Anda bahwa saya adalah Perdana Menteri Slovakia yang sah, sebuah negara berdaulat. Tidak seorang pun dapat memberi tahu saya ke mana harus pergi atau tidak. Saya akan pergi ke Moskow untuk memberi penghormatan kepada ribuan prajurit Tentara Merah yang tewas dalam membebaskan Slovakia,” tulis Fico.

Ketua Parlemen Armenia, Alen Simonyan, juga menyatakan ketidaksetujuannya dengan posisi Uni Eropa mengenai partisipasi dalam Parade Kemenangan di Moskow.

“Ada masalah persepsi. Padahal ini juga kemenangan kita. Ratusan ribu orang Armenia tidak pernah kembali dari garis depan pada Perang Dunia ke-2. Orang-orang Armenia juga bertempur melawan Nazisme, dan ini adalah salah satu hari yang membanggakan bagi kita. Keterlibatan Perdana Menteri Nikol Pashinyan dalam parade kemenangan pada 9 Mei di Moskow sama sekali tidak dapat dikaitkan dengan UE atau masalah lainnya,” katanya.

Apa yang dikatakan Callas

Pada tanggal 14 April, Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Kaja Kallas menyatakan pada konferensi pers bahwa dia sangat tidak menganjurkan perwakilan Uni Eropa dan negara-negara kandidat Uni Eropa untuk mengunjungi Moskow pada Hari Kemenangan.

“Partisipasi dalam parade atau perayaan pada tanggal 9 Mei di Moskow sangat tidak dianjurkan, mengingat Rusia sedang melancarkan perang besar-besaran di Eropa,” kata Kallas.

Ia mengatakan bahwa negara-negara kandidat Uni Eropa telah menerima instruksi yang jelas untuk tidak berpartisipasi dalam perayaan di Moskow. Alih-alih bepergian ke ibu kota Rusia, kepala dinas diplomatik Uni Eropa meminta para pemimpin Eropa untuk mengunjungi Ukraina sesering mungkin untuk menunjukkan dukungan mereka kepada Kyiv.

Reaksi Rusia

Ketua Duma Negara Vyacheslav Volodin menanggapi dengan tajam pernyataan Kaja Kallas.

“Para pembenci Rusia terus menyampaikan ultimatum tidak hanya kepada negara-negara UE, tetapi juga kepada para kandidat yang akan bergabung dengan UE, menuntut agar mereka menahan diri untuk tidak bepergian ke negara kita. Pernyataan Callas tidak menghormati kenangan akan mereka yang mengorbankan diri untuk menyelamatkan dunia dari fasisme. “Kallas harus dicopot dari jabatannya dan dibawa ke pengadilan internasional PBB,” katanya.

Perwakilan resmi Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, juga bereaksi kurang lebih sama. Ia mengomentari laporan di surat kabar Inggris The Telegraph yang menyebutkan bahwa Serbia bisa ditolak masuk ke Uni Eropa jika Presidennya Aleksandar Vucic mengonfirmasi niatnya untuk menghadiri Parade Kemenangan di Moskow.

“Jika ini benar, maka Euronazisme sedang terlahir kembali di depan mata kita. Beginilah cara kaum fasis 80 tahun lalu memaksa mereka yang mereka anggap sebagai “orang kelas dua” untuk meninggalkan tanah air, etnis, dan keyakinan mereka,” kata Zakharova.

Kremlin juga menanggapi kata-kata Kaja Kallas.

“Ancaman-ancaman mereka harus ditanggapi dengan serius. Dan, menurut kami, ada negara-negara di Eropa yang berdaulat, yang tidak memperdulikan himbauan aneh semacam itu,” kata sekretaris pers presiden Rusia, Dmitry Peskov.